Jakarta (ANTARA News) - Artis Berliana Febrianti, Eksanti, Dina Mariana, dan Teti Manurung mendukung pemusnahan massal cakram optik yang berisi film dan lagu bajakan yang melanggar dan merugikan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) penciptanya. "Saya sangat mendukung upaya aparat kepolisian untuk menangkap pelaku pembajakan sekaligus memusnahkan produk-produk bajakannya yang telah merugikan banyak pihak baik itu pencipta maupun negara," kata bintang sinetron "Noktah Merah Perkawinan", Berliana Febrianti, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis. Bintang film "Puisi tak Terkuburkan", yang turut hadir dalam acara "Pemusnahan Barang Bukti Pelanggaran Hak Cipta Lagu dan Film" itu mengatakan, aparat hendaknya lebih tegas menindak pelaku pelanggaran HKI karena kalangan artis, terutama bintang film dan penyanyi kerap menjadi pihak yang paling dirugikan karena kejahatan itu. "Bahkan ada sejumlah rekan kami yang telah menjadi penyanyi bertahun-tahun tidak pernah menerima honor dari hasil penjualan rekamannya. Ini aneh padahal dia sudah terkenal sekali," kata perempuan kelahiran 21 Februari 1973 itu. Senada dengan Berliana, Eksanti, bintang sinetron "Ingin Kumiliki" juga berharap, upaya pemusnahan barang bajakan yang dilakukan aparat kepolisian dapat dijadikan pelajaran bagi oknum-oknum pelaku kejahatan HKI. "Kalau perlu beri mereka hukuman yang berat agar ada efek jera dan bisa menjadi contoh bagi pelaku pelanggaran HKI yang lain," katanya. Dina Mariana, penyanyi dan bintang film "Nakalnya Anak-Anak", mengatakan, hendaknya upaya pemusnahan itu tidak hanya dilakukan di waktu-waktu tertentu saja tapi harus dilaksanakan dengan serius agar tidak telanjur sulit memberantasnya. "Jangan yang di sini dimusnahkan tapi produksi di tempat lain jalan terus, itu kan sama saja bohong. Aparat kepolisian harus serius menangani masalah ini, tentunya perlu partisipasi masyarakat untuk jangan membeli barang bajakan," kata perempuan bernama lengkap Dina Mariana Heuvelman. Sementara itu, Tety Manurung, penyanyi era 1970-an, mengatakan, pembajakan cakram optik merupakan perbuatan tidak terhormat yang merendahkan harkat dan martabat bangsa serta merusak moralitas. Ia mengatakan, makin maraknya benda-benda bajakan di pasaran itu berdampak buruk pada semua pihak, baik masyarakat sebagai konsumen, pencipta, sekaligus negara. "Apalagi sekarang lebih banyak barang bajakannya ketimbang CD original, ini jelas akan merugikan pencipta dan negara. Sementara masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih menganggap CD sebagai barang sekunder pasti akan lebih tergiur barang yang harganya lebih murah. Akhirnya moralitas masyarakat makin menurun," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006