Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dewi Retna Indrawati menekankan pentingnya partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) sehingga upaya pelestarian lingkungan dapat membuahkan hasil yang signifikan.

"Partisipasi masyarakat itu menjadi bagian penting di dalam pengelolaan DAS. Mereka ini adalah pemilik lahan, mereka berhak menentukan pemanfaatan lahannya, baik masyarakat di hulu maupun di hilir (sungai). Mereka juga yang nanti akan merasakan dampaknya," katanya dalam webinar diikuti di Jakarta, Kamis.

Untuk mewujudkan keberhasilan partisipasi masyarakat, ia mengatakan, pendekatan bawah-atas (bottom-up) atau arahan yang ditetapkan dari pemerintah saja tidak cukup untuk diterapkan dalam pengelolaan DAS.

Melalui pendekatan ini, ujar dia, masyarakat tidak dilibatkan secara aktif dalam pengambilan keputusan.

Apabila hanya pendekatan atas-bawah (top-down) yang diterapkan, ia mengatakan, masyarakat cenderung mengambil keputusan atas dasar pertimbangan aspek ekonomi dan sering mengesampingkan aspek konservasi.

Baca juga: Pengelolaan DAS secara mikro bisa kurangi kendala kewilayahan

Menurut dia, pendekatan bawah-atas dan atas-bawah harus berjalan beriringan. Dalam hal ini, masyarakat juga perlu didorong untuk ambil bagian, mulai dari identifikasi masalah hingga menentukan tujuan dan sasaran program.

"Sehingga pemerintah tetap mengawal. Walaupun nanti usulannya itu bottom-up, tetapi ada rambu-rambunya sehingga aspek lingkungan atau aspek konservasi tetap menjadi perhatian. Jadi bottom-up-nya bukan dalam arti mencampuri tetapi lebih mengarahkan dan memberikan rambu," ujar dia.

Dewi menilai kebanyakan masyarakat masih memiliki pemahaman yang minim terkait dengan konsep hulu dan hilir sungai dalam pengelolaan DAS.

Padahal, pemahaman tersebut dapat berpengaruh saat mereka menentukan pilihan model konservasi yang akan digunakan.

Oleh sebab itu, katanya, diperlukan upaya bertahap untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.

Selain itu, dibutuhkan keberadaan forum yang menjembatani penyebarluasan teknologi dan inovasi baru dari akademisi kepada masyarakat.

"Mereka tentunya sudah merasakan kerugian itu (dampak kerusakan lingkungan). Ke depan bisa dibangun kegiatan yang membuat mereka bisa merasakan manfaatnya. Yang namanya pelibatan dan partisipatif, memang perlu bertahap, tidak bisa serta-merta seperti membalikkan telapak tangan," kata Dewi.

Baca juga: Pasokan air DAS Citarum dari masa ke masa
Baca juga: Cegah abrasi, Pemkot Palangka Raya tanam 935 pohon di DAS Kahayan
Baca juga: Kenduri Swarnabhumi 2023 sasar DAS Batanghari

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023