Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang di Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan mendukung penggunaan nyamuk ber-Wolbachia untuk mengatasi penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Kalau ini benar dilakukan secara ilmiah dan oleh universitas ternama, kenapa mesti ditolak?" kata Penjabat Wali Kota Kupang Fahrensy P. Funay dalam taklimat media yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Funay mengatakan bahwa Pemerintah Kota Kupang membantu menyosialisasikan upaya pengendalian penularan DBD melalui pelepasan nyamuk Aedes aegypti pembawa bakteri Wolbachia.

"Meskipun masyarakat kami ini keras, tapi Puji Tuhan sampai hari ini belum ada pengaduan keras dari masyarakat," katanya.

Funay menyadari Kota Kupang dipilih sebagai salah satu daerah pelaksanaan program pengendalian penularan DBD menggunakan metode penyebaran nyamuk ber-Wolbachia karena angka kasusnya masih tergolong tinggi.

Pelepasan nyamuk pembawa Wolbachia diharapkan dapat menurunkan risiko penularan DBD di Kota Kupang.

Demam berdarah dengue terjadi akibat infeksi virus dengue. Virus dengue dapat menular ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi virus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menyampaikan bahwa sejak Januari hingga November 2023 ada 76.449 kasus infeksi dengue dengan 571 kematian, menurun dari 143.300 kasus dengan 1.236 kematian pada tahun 2022.

"Sebetulnya, kita sudah bisa menurunkan lebih dari separuh kasus tahun lalu, tetapi angka kematian ini masih cukup tinggi, sehingga kita perlu membuat atau melakukan inovasi dalam rangka mencegah dan mengendalikan penularan dengue," tutur Imran.

Bakteri Wolbachia menurut hasil penelitian dapat memblokir replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga nyamuk tidak mampu menularkan virus tersebut kepada manusia.

Upaya pengendalian vektor dengue dilakukan dengan melepaskan nyamuk jantan dan nyamuk betina pembawa Wolbachia ke populasi alami nyamuk.

Jika nyamuk jantan pembawa Wolbachia kawin dengan nyamuk betina tanpa Wolbachia, maka telur-telur yang dihasilkan tidak akan menetas, sehingga populasi nyamuk tidak berkembang.

Apabila nyamuk betina pembawa Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan tanpa Wolbachia, maka telur-telur nyamuk yang menetas semuanya akan mengandung Wolbachia, sehingga tidak dapat menularkan virus dengue ke manusia.

Baca juga:
Kemenkes kemukakan alasan Wolbachia baik diterapkan di Indonesia
Yogyakarta catat kasus DBD terendah sejak inovasi nyamuk ber-Wolbachia

Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2023