Sana`a (ANTARA News) - Perkembangan reformasi di tanah air dan upaya pemerintah untuk memberantas korupsi selalu menjadi perhatian dan topik menarik bagi warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri termasuk di Yaman. Di sela-sela kunjungan resmi ke Yaman, Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN), Taufiq Effendi juga sempat mengadakan temu dialog dengan WNI di Yaman, Rabu (19/7) malam atau Kamis (20/7) dini hari WIB. Temu dialog yang berlangsung di kantor KBRI Sana`a itu didahului ceramah tentang upaya pemberantasan korupsi dan upaya pemerintah meningkatkan pelayanan publik yang mendapat perhatian serius WNI. Apalagi gaya bicara Menteri yang mirip seorang dai dengan sentuhan-sentuhan rohani tentang masa depan kehidupan di akhirat dibarengi dengan dalil-dalil dari Al-Qur`an dan Hadis membuat suasana seakan-akan ceramah agama. "Warisan yang kami hadapi ketika menjadi menteri sangat berat, terutama menyangkut pelayanan publik dan tindak korupsi. Tapi kita tidak boleh pesimis sekecil apapun kemajuan yang kita capai perlu disyukuri," kata Taufiq sambil mengingatkan tentang sebuah ayat untuk selalu mensyukuri nikmat Allah. "Sebagai contoh, Indonesia yang tadinya sebagai negara terkorup nomor 5 di dunia telah turun rankingnya menjadi nomor 6," jelas menteri yang disambut tawa hadirin karena mereka mengira turunnya banyak. Menurut menteri kelahiran Kalimantan Selatan itu, meskipun turun satu tangga tapi perlu disyukuri. Ia juga menyinggung tentang perlunya peningkatan pelayanan publik dengan menyederhanakan birokrasi. "Terus terang saja, salah satu pihak yang menyebabkan rakyat miskin dan sengsara adalah birokrasi," katanya. Taufiq juga menyinggung tentang gaji ke-13 bagi para pejabat negara. "Tidak benar laporan pers yang mengatakan bahwa sebagian besar gaji 13 untuk pejabat negara. Dari Rp9 triliun mungkin sekitar Rp80 miliar saja untuk pejabat negara yang jumlahnya sekitar 6 ribu orang, jadi sebagian besar untuk pegawai dan pensiunan," tegasnya dan mengingatkan untuk hati-hati menerima informasi pers. Dalam kesempatan itu, seorang mahasiswa, Dedi Iskandar asal Karawang mempertanyatakan tentang dana bantuan bagi mahasiswa di luar negeri. "Kami ingin mendapat kejelasan mungkin ada dana bagi mahasiswa tidak mampu di luar negeri," kata salah seorang mahasiswa yang vokal itu yang dijawab Menteri akan ditanyakan kepada Mendiknas.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006