Bandarlampung (ANTARA) - Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandarlampung Donni Muksydayan mengatakan bahwa banyaknya produk turunan komoditas lokal menjadi potensi baru ekspor bagi Provinsi Lampung.

"Di Lampung ini banyak sekali komoditas ataupun produk turunan komoditas lokal yang mampu dikembangkan serta masuk pasar ekspor," ujar Donni Muksydayan di Bandarlampung, Jumat.

Ia mengatakan pada beberapa waktu lalu telah ada ekspor produk turunan komoditas lokal yang masuk pasar ekspor yakni ekspor produk keripik talas, pisang, dan singkong.

"Beberapa waktu lalu ada ekspor produk turunan asal Lampung yaitu berupa keripik talas, pisang, singkong sebanyak 4,5 ton, dan saat ini masih ada juga yang masih proses purchase order," katanya.

Dia melanjutkan ada sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor produk keripik pisang, talas, singkong asal Lampung yakni menuju China, Kanada, dan Malaysia.

"Negara Kanada dan China sudah meminta phytosanitary untuk produk olahan pisang, talas, singkong, ini dapat diartikan bahwa produk ini menarik untuk dikembangkan sebagai bentuk nilai tambah dari komoditas lokal Lampung," ucapnya.

Menurut dia, selain produk keripik adapula tapioka, hingga biji kopi sangrai yang telah diekspor ke beberapa negara.

"Di Tanggamus sudah ada ekspor biji kopi sangrai, jadi bukan biji mentah lagi. Dan ekspor ini rutin berjalan perdananya baru bulan lalu sekitar 250 kilogram biji kopi sangrai. Harapannya produk seperti ini harus terus dikembangkan jadi tidak terpaku pada ekspor biji kopi mentah saja," tambahnya.

Selain itu ada juga potensi ekspor produk lain seperti cokelat, cabai jawa, manggis dan berbagai hasil pertanian hortikultura.

"Potensi cukup banyak untuk manggis dari Tanggamus awal tahun ekspor perdana karena disana sudah ada rumah pengemasannya. Lalu untuk rempah-rempah ada cabai jawa yang ekspornya baru 20 ton ini masih sedikit sekali, dan petani sedang kami latih agar bisa memenuhi standar ekspor," ujar dia.

Menurut dia untuk cabai jawa asal Lampung saat ini banyak memperoleh permintaan dari pasar Eropa Timur, untuk pemenuhan konsumsi menjelang musim dingin.

"Harapannya selain ekspor bahan mentah dari komoditas pertanian, Lampung bisa memperkuat ekspor produk turunan dan buah-buahan. Oleh karena itu upaya pendampingan kepada petani dan UMKM, serta mempermudah proses pengurusan administrasi ekspor terus dilakukan," kata dia pula.

Diketahui untuk jumlah ekspor sejumlah komoditas asal Lampung meliputi untuk rempah-rempah jenis pinang pada 2022 memiliki frekuensi ekspor sembilan kali, dengan volume 580.640 kilogram, dan nilai barang Rp10,3 miliar.

Lalu produk pisang mas hasil kolaborasi Koperasi Produsen Tani Hijau Makmur dengan PT Great Giant Pineapple sebanyak 20,02 ton tujuan ekspor ke Oman dengan nilai barang sebesar Rp226.400.000 dan 5,74 ton tujuan Singapura dengan nilai barang Rp88.900.000.

Kemudian ekspor nanas segar menuju Cina sebanyak 4.176 ton degan nilai Rp39,8 miliar. Produk lada putih hasil kolaborasi UMKM perorangan dengan PT Putra Bali Adya Mulia sebanyak 15 ton dengan negara tujuan ekspor Taiwan, nilai barang sebesar Rp1.413.000.000.

Baca juga: Lampung ekspor 4.176 ton nanas segar ke China

Baca juga: Ekspor komoditas Lampung ke Vietnam alami kenaikan

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023