Kami berharap melalui tiga lapangan yang ada saat ini dapat mendorong pertumbuhan berbagai industri di Jawa Timur
Kabupaten Pasuruan, Jatim (ANTARA) - Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) menyebutkan 100 persen gas yang diproduksi digunakan untuk mendukung kebutuhan pupuk, listrik dan industri domestik.

Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam mengutamakan kebutuhan energi dalam negeri.

"Kami berharap melalui tiga lapangan yang ada saat ini dapat mendorong pertumbuhan berbagai industri di Jawa Timur dalam menyerap potensi suplai gas dari HCML. Seperti kita ketahui dalam beberapa waktu mendatang akan ada beberapa pengembangan industri di Jawa Timur," kata Vice President Operations HCML Perkasa Sinagabariang di Lapangan Gas Metering Station (GMS) HCML, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin.

HCML yang menjadi operator dari Wilayah Kerja (WK) Madura Strait tersebut terus berkomitmen untuk tetap menjadi produsen gas terbesar di Jawa Timur khususnya dan Indonesia ke depannya.

Diketahui, produksi puncak sales gas HCML saat ini sebesar 250 juta standar kaki kubik per hari (MMCSFD) dan merupakan yang terbesar di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

"Dari tiga lapangan HCML, yakni lapangan BD, 2M (MDA-MBH), dan MAC, KKKS HCML menjadi produsen gas terbesar, secara persentase produksinya mencapai 30 persen dari total produksi gas di wilayah Jawa Timur," ujar Perkasa.

Baca juga: SKK Migas pastikan "oversupply" gas di Jatim disalurkan ke Jabar

Baca juga: SKK Migas catat produksi minyak di Jateng-Jatim capai 193 ribu BOPD


HCML saat ini memiliki tiga lapangan utama yang telah berproduksi, yaitu Lapangan BD, Lapangan 2M dan Lapangan MAC.

Produksi Lapangan BD didukung oleh tiga fasilitas utama, yaitu Anjungan Sumur Lepas Pantai (offshore Wellhead Platform/WHP), Gas Metering Station (GMS) yang terletak di Kota Pasuruan, dan fasilitas Produksi Terapung, Penyimpanan, dan Pembongkaran (Floating Production, Storage, and Offloading/FPSO).

Lapangan BD adalah satu-satunya lapangan HCML yang memiliki kandungan H2S dan juga kondensat sehingga membutuhkan pengolahan yang cukup kompleks. Sedangkan, FPSO Karapan Armada Sterling III ialah satu-satunya anjungan terapung di Indonesia yang memiliki fasilitas Sulphur Recovery Unit.

HCML menyebut dari FPSO, sales gas yang sudah memenuhi spesifikasi akan dialirkan ke GMS melalui pipa gas bawah laut sepanjang kurang lebih 53 km. Total kapasitas produksi dari lapangan ini sekitar 120 MMSCFD dan 8.000 BCPD (barel kondensat per hari).

Berdasarkan data per 31 Oktober 2023, saat ini lapangan BD mengirimkan sales gas sebesar 110 MMSCFD dengan 6.000 barel kondensat per hari.

Sementara itu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro menyampaikan dengan tiga lapangan yang telah berproduksi dan beberapa lapangan baru yang akan dikembangkan, diharapkan tidak hanya akan membuat produksi HCML meningkat tetapi juga menjadi lebih terintegrasi untuk kegiatan produksi yang lebih masif.

HCML saat ini sedang mengembangkan dua lapangan baru, yakni Lapangan MDK yang dijadwalkan onstream pada 2026, dan Lapangan MBF pada 2027.

"HCML terus berupaya untuk melakukan pengembangan lapangan-lapangan gas baru untuk memaksimalkan pemanfaatan gas bumi di Indonesia, hal ini juga dibarengi dengan tujuan untuk mendukung SKK Migas dalam pencapaian produksi gas sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik perhari) pada 2030," ucap Hudi.

Baca juga: Forum Kapnas III 2023 Jakarta bukukan kontrak capai Rp20,2 triliun

Baca juga: Pertamina Patra Niaga operasikan 51 lembaga penyalur BBM Satu Harga


Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023