Jakarta (ANTARA) - Kearifan lokal dalam konteks sumber daya kelautan dapat menjadi kunci utama untuk menjaga kelestarian ekosistem laut, kata antropolog Universitas Andalas (Unand) Kota Padang, Sumatera Barat Doktor Lucky Zamzami.

“Kearifan lokal bisa membuat suatu hubungan dengan alam. Alam yang terkait dengan laut ini bisa memberikan dampak positif terhadap laut itu sendiri,” kata dia dalam diskusi "Kearifan Lokal dalam Konservasi Sumber Daya Kelautan sebagai Strategi Pengentasan Kemiskinan di Indonesia" di Jakarta, Selasa.

Dia menilai kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang harus dihormati oleh masyarakat. Hal itu bisa mencakup nilai kebersamaan, saling menghormati, dan keberlanjutan.

Dia mengatakan kearifan lokal dapat tercermin secara nyata dalam beragam tradisi, ritual, dan upacara yang menjadi hubungan erat antara masyarakat dengan alam, termasuk dalam kegiatan keagamaan yang terkait dengan laut.

Untuk aspek kearifan lokal, Lucky yang juga Wakil Dekan I FISIP Unand itu, menyebutkan tidak hanya mencakup aspek biologis dan ekologis, tetapi juga terkait dengan keberlanjutan program konservasi.

Baca juga: "Ngayogjazz" 2023 suguhkan berbagai kearifan lokal khas Yogyakarta

Ia mengatakan program konservasi harus menjadi bagian dari upaya berkelanjutan dan tidak boleh terhenti, karena laut di setiap daerah telah ditetapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, terutama nelayan.

Selain memahami peran kearifan lokal yang telah diturunkan dari generasi ke generasi, kata dia, nelayan juga perlu menyesuaikan diri dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Lucky yang meraih gelar doktor pada Jurusan Antropologi Maritim Tokyo University of Marine Science and Technology itu, mengatakan perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak pada ketersediaan ikan dan hasil laut lainnya.

Oleh karena itu, dia menilai nelayan perlu beradaptasi dengan cepat dengan perubahan iklim agar dapat tetap bertahan hidup dan menjaga kelestarian sumber daya laut.

“Saat ini perubahan iklim sangat ekstrem, tidak menentu, misalnya dulu dalam setahun ada musim paceklik sekarang sudah berubah. Itu tantangan juga untuk nelayan,” ujar dia.

Baca juga: Menapaki kearifan lokal Nusa Penida melalui seni kolosal Janger Cak
Baca juga: Pemkot Padang: Kampung tematik berhasil dongkrak ekonomi lokal
Baca juga: Pakar jelaskan cara masyarakat Minang bangun rumah yang tahan gempa


Pewarta: Rivan Awal Lingga
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023