Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena peluang pemangkasan suku bunga AS.

“Semalam, petinggi The Fed (Federal Reserve), Christopher Waller mengeluarkan pernyataan yang memberikan indikasi ke pasar mengenai peluang pemangkasan suku bunga acuan AS untuk beberapa bulan ke depan bila inflasi AS lanjut turun,” ujar dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Rabu.

Mengingat inflasi AS yang semakin menurun dari posisi pertengahan tahun lalu, yakni Consumer Price Index (CPI) year on year (yoY) 9,1 persen dan posisi saat ini sekitar 3,2 persen, apabila selanjutnya menurun, peluang pemangkasan semakin dekat.

Selain itu, data ekonomi AS semalam juga menunjukkan perekonomian AS mulai surut. Data tingkat keyakinan konsumen AS bulan sebelumnya direvisi menurun dari 102 ke 99.1.

Pada pagi ini, indeks dollar AS juga bergerak di kisaran 102.50, sementara Selasa (28/11) pagi di kisaran 103.40.

Meninjau sentimen dalam negeri, fundamental ekonomi dinilai masih solid. Inflasi masih stabil dan neraca perdagangan masih surplus, sehingga memberikan sentimen positif ke rupiah.

“Potensi penguatan rupiah hari ini ke kisaran Rp15.350, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.480,” ucap Ariston.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat sebesar 71 poin atau 0,46 persen menjadi Rp15.365 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.436 per dolar AS.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023