New York (ANTARA News) - Harga minyak New York melonjak pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah stok minyak mentah AS anjlok lebih dari yang diperkirakan pada pekan lalu, menunjukkan kenaikan permintaan di ekonomi terbesar dunia itu.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, ditutup pada 106,52 dolar AS per barel setelah melompat 2,99 dolar AS, atau hampir 3,0 persen, dari tingkat penutupan Selasa, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus naik 70 sen, menjadi menetap di 108,51 dolar AS per barel di perdagangan London.

Pasar menyambut laporan persediaan minyak komersial mingguan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang lebih kuat dari perkiraan.

EIA mengatakan stok minyak mentah jatuh sebesar 9,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 Juli. Penurunan itu lebih dari tiga kali lipat perkiraaan turun 2,9 juta barel oleh sebagian besar analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires, dan setelah beberapa pekan sebelumnya turun hampir 10 juta barel.

"Ini pertanda bahwa permintaan AS untuk minyak sedang datang kembali," kata Carl Larry dari Oil Outlooks and Opinions.

"Sekarang sudah dua minggu berturut-turut penarikan tajam dan tak terduga telah dilaporkan dalam persediaan minyak mentah AS," kata analis minyak GFT Markets Fawad Razaqzada.

"Ini jelas menunjukkan permintaan telah lebih kuat daripada yang diharapkan," katanya kepada AFP.

Minyak mentah light sweet di New York sudah mencapai tingkat tertinggi 14-bulan pada Selasa, karena ekspektasi stok minyak AS lebih ketat dan kekhawatiran pasokan terkait dengan kerusuhan di Mesir.

"Kontrak Brent khususnya, sekarang didukung oleh situasi yang sedang berlangsung di Mesir," kata Razaqzada.

Kekhawatiran atas gangguan pasokan Timur Tengah telah mempertahankan pasar tetap gelisah sejak tergulingnya Presiden Mohamed Moursi seminggu yang lalu oleh militer.

Mesir bukan pengekspor minyak utama tetapi merupakan tempat transit minyak penting melalui Terusan Suez dan Sumed Pipeline.

Pedagang juga menyambut risalah pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve, yang dirilis pada jam-jam terakhir sesi perdagangan, sebagai sinyal ekonomi telah membaik, memungkinkan bank sentral untuk mempertimbangkan mengakhiri stimulus besar lebih awal pada tahun ini.

"Bagian yang penting adalah bahwa Fed sangat optimis untuk paruh kedua tahun ini," kata Larry.


Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013