Di sebuah negara polisi, ketika pasukan kepolisian adalah para kriminal, para hakim adalah penghianat dan penyelidik adalah para pembohong, apa yang bisa kita lakukan?"
Kairo (ANTARA News) - Jaksa penuntut Mesir pada hari Rabu memerintahkan penangkapan para pemimpin Ikhwanul Muslimin, kubu pendukung presiden terguling Mohamed Mursi, atas tuduhan menimbulkan kekerasan dalam pertikaian dimana pasukan keamanan menembaki lusinan pendukungnya hingga tewas.

Satu minggu setelah tentara menggulingkan pemimpin pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, pertumpahan darah telah membuat keretakan di negara berpenduduk terpadat di dunia Arab itu, lapor Reuters.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin Gehad El-Haddad mengatakan bahwa pengumuman soal tuntutan terhadap sang pemimpin Mohamed Badie dan sejumlah sosok senior Islamis lainnya merupakan upaya pihak berwenang untuk memecah belah aksi yang dilakukan ribuan pendukung Mursi yang menuntut pengembalian Mursi ke kursi kepemimpinan.

Kerusuhan pekan ini telah membuat khawatir para donor Barat dan Israel, yang memiliki perjanjian perdamaian tahun 1979 dengan Mesir.

Washington sendiri bersikap tidak menyambut pencopotan Mursi maupun mengecam pencopotan itu sebagai "kudeta". Di bawah hukum yang berlaku di AS, kudeta akan berarti bahwa pemerintah AS harus membekukan bantuan, termasuk 1,3 miliar dolar AS (Rp12,9 triliun) yang diberikannya kepada militer Mesir setiap tahun.

Namun, kejatuhan Ikhwanul Muslimin telah disambut baik oleh tiga kerajaan kaya di Teluk, yang menghujani Kairo dengan bantuan untuk menopang perokonomian Mesir yang jatuh.

Kuwait pada Rabu menjanjikan bantuan kepada Mesir senilai empat miliar dolar (Rp39,8 triliun) dalam bentuk uang tunai, pinjaman dan bahan bakar, satu hari setelah Arab Saudi menjanjikan lima miliar dolar (Rp49,8 triliun) dan Uni Emirat Arab sebesar tiga miliar dolar (Rp29,8 triliun).

Para pemimpin Persaudaraan Muslim dituntut telah memancing kekerasan dalam penembakan Senin lalu, yang dimulai sebelum fajar, ketika kelompok itu mengatakan bahwa para pengikutnya sedang bersembahyang dengan damai. Pihak tentara mengatakan para teroris memprovokasi penembakan dengan menyerang pasukan.

Menurut sumber-sumber keamanan, 57 orang tewas, termasuk 53 pengunjuk rasa dan empat anggota pasukan keamanan.

Haddad mengatakan para pemimpin Ikhwanul Muslimin belum ditahan dan beberapa di antara mereka masih menghadiri aksi unjuk rasa di masjid Rabaa Adawiya.

Tuntutan terhadap mereka dianggap "tidak lebih dari usaha negara polisi untuk mengenyahkan unjuk rasa Rabaa".

"Apa yang bisa kita lakukan?" tanyanya. "Di sebuah negara polisi, ketika pasukan kepolisian adalah para kriminal, para hakim adalah penghianat dan penyelidik adalah para pembohong, apa yang bisa kita lakukan?"

Selain terhadap Badie, jaksa penuntut juga memerintahkan penangkapan terhadap beberapa tokoh lainnya, termasuk wakil Badie, Mahmoud Ezzat, dan pemimpin partai yang bersuara lantang Essam El-Erian dan Mohammed El-Beltagi. Khairat El-Shalter, pemimpin senior lainnya, sudah ditahan minggu lalu.

Jaksa penuntut juga mengeluarkan perintah perpanjangan penahanan selama 15 hari berikutnya bagi 206 pegiat Ikhwanul Muslimin yang ditangkap setelah terjadinya kekerasan pada Senin lalu atas tuduhan terlibat dalam pembunuhan.

Adapun 464 lainnya yang ditahan telah dibebaskan dengan membayar uang jaminan masing-masing sebesar 300 dolar (Rp2,99 juta).


Penerjemah: Tia Mutiasari

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013