Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Dr Seto Mulyadi, mengatakan pihaknya akan menghidupkan kembali tokoh Komo yang pernah dibuatnya beberapa tahun yang lalu. "Setelah masa jabatan saya di Komnas PA selesai pada September nanti, saya akan berkonsentrasi membuat Komo," katanya saat ditemui pada Kongres Anak Indonesia (KAI) di Depok, Jabar, Jumat. Dia mengatakan tayangan Komo yang baru itu akan mengalami beberapa pengembangan cerita, seperti penambahan tokoh baru. Komo diceritakan akan memiliki adik kembar tiga yang terdiri dari Komi, komodo berwarna hijau, Kimi, komodo berwarna kuning, serta Kimo yang memiliki warna merah muda. Ketiga tokoh tersebut akan dikenal dengan singkatan Komimo. Selain itu, ada tokoh lain yang akan diperkenalkan pada penonton, yaitu teman-teman Komo yang merupakan hewan-hewan asli Indonesia. Mereka adalah Ano yang berbentuk hewan anoa, Beki yang merupakan ayam bekisar, Cendi, cendrawasih dari Papua, Datu yang merupakan badak cula satu dan Ebo, elang bondol dari Jakarta. "Semuanya kalau disingkat jadi ABCD," katanya. Tayangan itu akan memberikan pendidikan karakter untuk anak karena tokoh-tokohnya adalah anak yang riang gembira, bersahabat, hidup sederhana, dan saling tolong-menolong. Menurut dia, semua tokohnya berbentuk hewan karena anak menyukai cerita fabel. Hewan asli Indonesia juga dipilih untuk mengobati kerinduan tokoh nasional yang digali dari alam budaya sendiri. "Selama ini tokoh Doraemon begitu kuat di mata anak-anak karena media mendukung itu," katanya. Dia mengatakan pihak stasiun televisi harus didesak agar peduli pada pendidikan anak, karena sebenarnya tayangan Komo dapat menarik perhatian penonton. Menurut Seto, Komo akan dipenuhi lagu-lagu yang menarik serta musik yang lincah seperti tayangan Barney buatan televisi Amerika Serikat yang sukses ditayangkan di negara asalnya. Walaupun begitu, dia mengatakan belum menawarkan tayangan ini ke stasiun televisi mana pun, karena belum selesai sepenuhnya. "Saya harap tahun depan rencana ini bisa terealisasi," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006