Yogyakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Prof Mustofa mengatakan keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur potensial untuk mendukung pengembangan obat herbal di Indonesia.

Mustofa dalam keterangan resmi UGM di Yogyakarta, Rabu, menjelaskan potensi pengembangan obat itu didukung keanekaragaman hayati yang melimpah di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

"Nantinya kalau kita benar-benar pindah ke IKN, tentunya ini sangat potensial," ujar dia.

Kalimantan, kata dia, kaya akan biodiversitas, termasuk tanaman obat mengingat 80 persen spesies tanaman obat dunia ada di Kalimantan.

"Tanaman obat yang terdaftar di BPOM ini ada sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman," kata dia.

Baca juga: Kerap dianggap gulma, meniran ternyata bermanfaat tingkatkan imunitas

Dia mengatakan mayoritas tanaman obat tersebut sudah digunakan oleh kurang lebih 55 sub-etnis Suku Dayak di Kalimantan, dengan tanaman yang potensial, antara lain pasak bumi, sarang semut, akar kuning, sekungbak, dan bajakah.

Ia mengatakan berbagai penelitian telah membuktikan bahwa tanaman-tanaman herbal di daerah Kalimantan mayoritas bisa mengatasi kanker, gangguan organ dalam, bahkan bisa menjadi bahan baku kosmetik yang potensial.

Namun, dia menilai hingga saat ini belum ada upaya untuk mengeksplorasi lebih jauh potensi tersebut di industri.

Mustofa menambahkan penelitian antardisiplin terkait dengan tanaman herbal itu memang sudah banyak dilakukan, namun dari sektor industri, pemerintah, ataupun masyarakat belum memiliki visi yang sama untuk mengembangkan potensi biodiversitas di daerah IKN.

Potensi IKN sebenarnya sudah dirumuskan sejak awal inisiasi pemindahan ibu kota dibuat dengan melibatkan tiga konsep utama, yaitu IKN sebagai kota hutan, kota spons atau sponge city, dan kota cerdas atau smart city sesuai disebutkan dalam Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2022.

Guru Besar Fakultas Biologi UGM Prof Ratna Susandarini menambahkan salah satu tantangan pengembangan obat herbal berupa ketersediaan data biodiversitas.

"Tentu kalau ingin memanfaatkannya, kita perlu mengetahui ketersediaan spesies tersebut di alam," kata dia.

Baca juga: Biodiversitas Indonesia potensial untuk pengembangan obat herbal
Baca juga: OIKN sebut pasokan gas di IKN menggunakan gas bumi dan gas hidrogen
Baca juga: Jokowi tegaskan pembangunan IKN untuk atasi ketimpangan ekonomi

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023