Neraka dunia telah kembali ke Gaza.
Gaza (ANTARA) - Jet-jet tempur Israel menghantam Gaza pada hari Jumat setelah negosiasi perpanjangan jeda kemanusiaan, yang telah berlangsung sepekan, menemui jalan buntu.

Daerah timur Khan Younis di Gaza selatan dibombardir habis-habisan oleh Israel ketika jeda berakhir setelah fajar. Kepulan asap menjulang ke langit, kata jurnalis Reuters di kota itu.

Warga mengungsi ke arah barat sambil membawa barang-barang di atas kereta dorong.

Di Gaza utara, yang sebelumnya menjadi target utama serangan Israel, asap tebal membumbung di atas reruntuhan bangunan, yang bisa terlihat dari Israel. Suara tembakan dan ledakan terdengar.

Sirene berbunyi di Israel selatan ketika milisi menembakkan roket ke arah kota-kota di sana. Di front pertempuran lainnya, kelompok Hizbullah Lebanon mengeklaim telah menembaki pasukan Israel untuk mendukung Palestina di perbatasan utara.

Israel dan Hamas saling tuding atas kegagalan negosiasi tersebut. Pemerintah AS menuduh kelompok perlawanan Palestina itu tidak bisa memberikan daftar baru para sandera untuk dilepaskan sebagai syarat perpanjangan jeda kemanusiaan.

PBB mengatakan bahwa perang yang kembali meletus akan memperburuk krisis kemanusiaan ekstrem yang telah terjadi di wilayah kantung Palestina itu.

"Neraka dunia telah kembali ke Gaza," kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB di Jenewa.

Beberapa jam setelah jeda berakhir, otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa 109 orang tewas dan puluhan lainnya terluka akibat serangan udara Israel.

Militer Israel mengatakan bahwa pasukan darat, udara, dan lautnya telah menyerang lebih dari 200 sasaran di Gaza sejak pagi.

"Pagi ini, seperti yang dijanjikan, kami melanjutkan serangan," kata mantan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dalam pernyataan.

Gantz, yang bergabung dengan pemerintah darurat PM Benjamin Netanyahu bulan lalu, mengatakan bahwa Israel telah menghabiskan sepekan terakhir untuk merencanakan operasi militer yang lebih luas.

Baca juga: Jokowi harap Norwegia berkontribusi ciptakan perdamaian di Gaza
Baca juga: MER-C: 21 tewas di Gaza setelah jeda kemanusiaan berakhir


Sejumlah petugas medis dan saksi mengatakan bahwa pengeboman paling intensif terjadi di Khan Younis dan Rafah di Gaza selatan. Ratusan ribu warga Gaza mengungsi dari utara. Rumah-rumah di wilayah tengah dan utara juga terkena serangan.

"Anas, anakku!" ratap ibunda Anas Anwar al-Masri, bocah laki-laki dengan luka di kepala yang terbaring di tandu di lorong Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. "Aku tak punya siapa-siapa selain kamu!"

Lebih ke selatan di Rafah, warga menggendong beberapa anak kecil, yang berlumuran darah dan debu, keluar dari sebuah rumah yang terkena serangan Israel.

Mohammed Abu-Elneen, anak pemilik rumah, mengatakan bahwa rumah itu menjadi tempat berlindung warga yang mengungsi dari tempat lain.

Di rumah sakit terdekat, Abu Yousef al-Najjar, korban luka-luka pertama yang dirawat adalah sejumlah pria dan bocah laki-laki.

Warga Gaza mengaku khawatir pengeboman di Gaza selatan bisa menjadi awal merembetnya perang ke daerah-daerah yang sebelumnya disebut Israel sebagai tempat aman.

Selebaran yang disebarkan Israel di daerah timur Khan Younis memerintahkan warga di empat kawasan untuk mengungsi, bukan ke daerah lain di Khan Younis seperti sebelumnya, melainkan lebih ke selatan ke Kota Rafah yang sesak di perbatasan Mesir.

"Kalian harus mengungsi segera dan pergi ke tempat perlindungan di daerah Rafah. Khan Younis adalah zona pertempuran berbahaya. Kalian telah diperingatkan," demikian bunyi tulisan berbahasa Arab pada selebaran itu.

Israel merilis tautan ke peta yang menunjukkan bahwa Gaza dibagi menjadi ratusan distrik, yang menurut mereka akan digunakan untuk menunjukkan daerah mana saja yang aman.

Kedua pihak yang bertikai saling menyalahkan atas kegagalan perpanjangan jeda kemanusiaan itu sehingga pertukaran warga Israel yang disandera dan warga Palestina yang ditahan tidak bisa dilanjutkan.

Jeda yang dimulai pada tanggal 24 November itu telah diperpanjang dua kali. Israel mengatakan bahwa jeda akan diteruskan jika Hamas membebaskan 10 orang sandera setiap hari.

Namun, setelah sepekan jeda berlangsung, para perunding menemui jalan buntu pada menit-menit akhir ketika mencari formula untuk membebaskan lebih banyak sandera.

Israel menuduh Hamas menolak membebaskan semua perempuan yang disandera. Seorang pejabat Palestina mengatakan bahwa kegagalan dipicu perbedaan tentang tentara wanita Israel.

Qatar, yang berperan sentral dalam upaya mediasi, mengatakan bahwa upaya negosiasi untuk memulihkan jeda kemanusiaan masih berlangsung. Namun, serangan Israel ke Gaza telah menyulitkan upaya itu.

Pemerintah AS menegaskan bahwa mereka terus berupaya memperpanjang jeda kemanusiaan di Gaza dan Presiden Joe Biden akan terus terlibat secara intens dalam upaya membebaskan sandera.

Israel bersumpah untuk melenyapkan Hamas sebagai balasan terhadap serangan kelompok itu pada tanggal 7 Oktober, yang menurut Israel telah menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 lainnya.

Otoritas kesehatan Palestina menyebutkan lebih dari 15.000 warga Gaza telah tewas, sedangkan ribuan lainnya hilang dan diduga terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.

PBB mengungkapkan hingga 80 persen dari 2,3 juta jiwa penduduk Gaza telah terusir dari rumah mereka dan tidak bisa keluar dari wilayah yang sempit itu. Banyak dari mereka yang terpaksa tidur di tempat-tempat penampungan darurat yang apa adanya.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023