Yerusalem (ANTARA) - Israel akan memburu anggota Hamas di Lebanon, Turki dan Qatar, meski harus menghabiskan waktu bertahun-tahun, kata kepala badan keamanan dalam negeri Israel Shin Bet dalam siaran Kan TV pada Minggu (3/12).

Belum dapat dipastikan kapan ketua Shin Bet, Ronen Bar, melontarkan pernyataan tersebut atau ditujukan kepada siapa dalam siaran itu.

Shin Bet menolak mengomentari laporan tersebut.

"Kabinet telah menetapkan tujuan kami, dalam pembicaraan informal, untuk melenyapkan Hamas. Ini adalah (insiden) Munich bagi kami. Kami akan melakukan ini di mana pun, di Gaza, di Tepi Barat, di Lebanon, di Turki, di Qatar. Ini akan memakan waktu beberapa tahun tetapi kami akan berada di sana untuk melakukannya," kata Ronen Bar dalam rekaman tersebut.

Insiden Munich merujuk pada respons Israel terhadap pembunuhan 11 atlet Olimpiade Israel pada 1972 ketika orang-orang bersenjata dari kelompok September Hitam Palestina melancarkan serangan di pesta olahraga dunia di Jerman itu.

Israel membalas insiden itu dengan pembunuhan terhadap pelaku September Hitam selama beberapa tahun di sejumlah negara.

Israel bertekad melenyapkan Hamas setelah orang-orang bersenjata dari kelompok perlawanan Palestina itu menerobos perbatasan Gaza dan menyerang di Israel pada 7 Oktober.

Serangan itu menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang, menurut Israel.

Lebih dari 15.500 orang di Gaza telah tewas akibat serangan-serangan balasan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Selain di Gaza, para pemimpin Hamas tinggal atau sering mengunjungi Lebanon, Turki dan Qatar. Qatar membantu memediasi gencatan senjata sementara selama sepekan yang berakhir pada Jumat (1/12).

Hamas telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Australia, Kanada, Uni Eropa, Israel, Jepang, dan Amerika Serikat.

Sebelumnya pada 1997, dinas rahasia Israel Mossad gagal meracuni pemimpin Hamas saat itu, Khaled Meshaal, di Yordania.

Israel harus memberikan obat penawar racun kepada Yordania untuk menyelamatkan nyawa Meshaal. Benjamin Netanyahu adalah pemimpin Israel pada saat itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kirim onderdil F-35 ke Israel, Belanda digugat di pengadilan
Baca juga: PBB sebut "harapan sirna" setelah Israel kembali serang Gaza

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023