Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis telinga hidung tenggorok bedah kepala dan leher di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangungkusumo dr Ika Dewi Mayangsari, Sp.THT-BKL, Subsp.Onk(K), FICS amandel membesar perlu dioperasi bila menimbulkan gangguan seperti obstructive sleep apnea (OSA).

"Yang paling banyak terjadi kalau pembesaran amandel sudah menimbulkan suatu kondisi obstructive sleep apnea, jadi sumbatan jalan napas atas pada saat tidur," ujar dia dalam diskusi kesehatan yang digelar daring, Selasa.

OSA merupakan suatu gangguan tidur yakni pasien secara sadar maupun tidak sadar berhenti bernafas yang diakibatkan oleh obstruksi jalan nafas, menyebabkannya terbangun di tengah malam secara periodik.

Baca juga: Penanganan yang tepat untuk penderita gejala sinusitis

Kondisi ini bisa disebabkan amandel yang membesar. Amandel dikatakan membesar apabila ukurannya tidak sesuai dengan yang biasanya, yakni bila sudah lebih mencapai pilar tonsil.

"Kalau kita berkaca, buka mulut, ada di bagian belakang kiri dan kanan ada yang bulat seperti bakso, lihat ukurannya, sudah sampai ke garis tengah atau tidak. Kiri dan kanan sama enggak ukurannya? Atau salah satu yang membesar, untuk menentukan ini ke arah mana pembesarannya," jelas Ika.

Penyebab pembesaran amandel bisa akibat infeksi atau non-infeksi. Pembesaran akibat infeksi virus atau bakteri, dapat bersifat kronik (berjalan cukup lama) atau akut (baru), sementara faktor non-infeksi yakni tumor dan ini perlu diwaspadai.

Ika menuturkan, indikasi perlunya amandel membesar dioperasi selain sudah memunculkan gangguan, juga apabila sudah pengobatan misalnya dengan obat antiradang baik lokal maupun sistemik dan terapi lainnya, tetapi kondisi tak kunjung membaik.

Selain itu, infeksi berulang dalam waktu satu tahun sebanyak lebih dari empat kali juga merupakan suatu indikasi perlunya amandel yang membesar untuk dioperasi. Tetapi, pertimbangan untuk operasi yakni apabila pasien sudah menghindari berbagai faktor penyebab seperti konsumsi berlebihan makanan yang digoreng.

"Tapi tentunya, yang harus diingat, sudah berusaha untuk menghindari terjadi infeksi pada tenggorok misalnya makan makanan tertentu, terlalu banyak goreng-gorengan, perasa, itu kadang-kadang bisa menyebabkan peradangan pada tenggorok, termasuk pada amandel," tutur dia.

Ika menambahkan pembesaran amandel bukan suatu penyakit yang bersifat keturunan. Kondisi ini, imbuh dia, sangat bergantung pada daya tahan tubuh seseorang.

Baca juga: Dokter sebut pembersihan telinga dengan cotton bud sebabkan tuli saraf

Baca juga: Mimisan berulang pada anak bisa dipicu karena riwayat alergi

Baca juga: PERHATI KL: 60 persen gangguan pendengaran bisa dicegah

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023