Yerusalem (ANTARA) - Kabinet Keamanan Israel pada Rabu (6/12) menyetujui peningkatan pasokan bahan bakar minimal ke Jalur Gaza untuk menghindari krisis kemanusiaan, kata Otoritas Penyiaran Israel dalam sebuah pernyataan.

Keputusan tersebut diambil secara internal, sebelum diajukan ke seluruh jajaran kabinet untuk mendapatkan persetujuan resmi. Keputusan ini juga diambil karena tekanan Amerika Serikat yang semakin meningkat, menurut harian Israel Yedioth Ahronoth.

Media Israel itu tidak merinci berapa banyak peningkatan pasokan bahan bakar yang akan dikirimkan melalui perbatasan Rafah di Mesir.

Namun, kantor Perdana Menteri Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan pada media sosial X bahwa keputusan tersebut akan mengizinkan tambahan bahan bakar dalam jumlah terbatas --yang diperlukan untuk mencegah terjadinya bencana kemanusiaan dan wabah epidemi-- ke Jalur Gaza selatan.

Jumlah minimal akan ditentukan secara berkala sesuai dengan situasi kemanusiaan di wilayah tersebut, tambah pernyataan itu.

Dengan berakhirnya jeda kemanusiaan pekan lalu, pihak berwenang Israel membuat keputusan untuk mengurangi separuh pasokan bahan bakar untuk bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza.

Direktur Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Gaza, Thomas White, pada Minggu (3/12) melalui platform X mengatakan bahwa keputusan itu akan memakan lebih banyak korban jiwa.

Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada 1 Desember setelah jeda kemanusiaan sepekan dengan kelompok Palestina Hamas berakhir.

Sedikitnya ada 16.248 warga Palestina yang tewas serta lebih dari 43.616 lainnya luka-luka dalam serangan udara dan darat Israel di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober 2023.

Korban tewas di pihak Israel mencapai 1.200 orang.

Baca juga: Iran desak Mesir agar buka pintu perbatasan Rafah tanpa syarat
Baca juga: AS desak Israel tingkatkan jumlah bantuan ke Gaza
Baca juga: Barat di antara Perang Ukraina dan Perang Gaza


Sumber: Anadolu

Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023