Yogyakarta (ANTARA) - Organization Islamic Coorperation (OIC) Youth (Pemuda OKI) Indonesia bersama Center Uyghur Studies menggelar diskusi International Public Lecture di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta guna mengajak generasi muda terpelajar menyuarakan isu tentang kemanusiaan dan perdamaian dunia.

"Acara ini penting untuk menyuarakan satu hal isu kemanusiaan dan perdamaian, karena akhir-akhir ini isu tersebut menjadi hal yang sangat fenomenal, maka penting untuk kita ajak generasi muda menyuarakan itu," kata Vice President OIC Youth Indonesia Yanju Sahara ditemui disela diskusi internasional di Yogyakarta, Jumat.

Diskusi International Public Lecture dengan tema "Seminar on Uyghur: A Call for Solidarity" yang diikuti ratusan mahasiswa berbagai fakultas dan elemen organisasi itu juga merupakan satu bentuk kepedulian sesama manusia untuk turut serta memperjuangkan hak-hak kaum Muslim yang tertindas di belahan dunia mana pun.

"Artinya kita mendorong agar negara yang ada di dunia, bahwa kekerasan atas nama apapun itu tidak bisa dibenarkan, baik kekerasan langsung ataupun tidak langsung itu tidak bisa dibenarkan," kata Yanju.

Baca juga: Kafe di Solo sajikan menu berbuka ala Muslim Uyghur

Baca juga: Jerman dilaporkan tolak beri jaminan investasi VW China terkait HAM


Dia mengatakan, fenomena kekerasan bukan hanya terjadi di Palestina, tetapi di Uyghur juga mengalami hal tersebut. Maka dia mengajak seluruh elemen gerakan, elemen mahasiswa bersama-sama membantu golongan manapun yang terkena tindakan diskriminasi, kekerasan.

"Ini harus terus kita suarakan agar tidak terjadi hal serupa lagi, dan tentunya menjelang hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia ini kita ingin bersama sama menegakkan HAM agar dunia tidak terjadi diskriminasi," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, yang diharapkan tindakan dari mahasiswa sebagai generasi muda terpelajar agar terus melakukan kajian secara akademik terkait isu kemanusiaan dan perdamaian, apalagi diskusi ini juga berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Center Uyghur Studies.

"Sedang harapan ke pemerintah, apapun isu kemanusiaan tentunya pemerintah harus tanggap, artinya mau negara apapun ketika terjadi tindak kejahatan diskriminasi, kemanusiaan maka di situ pemerintah harus hadir untuk dukungan moral terhadap isu yang terjadi," katanya.

Researcher on Uyghur Studies Imam Sopyan mengatakan masalah Uyghur adalah problem umat Islam dunia, karena itu masyarakat Indonesia, perlu mempelopori untuk menerima pelajar dan mahasiswa Uyghur belajar di perguruan tinggi di Indonesia.

"Kemudian memberikan bantuan pendampingan dalam hal komunikasi, dialog, dan pertemuan-pertemuan dengan berbagai pihak," katanya.

Sedangkan Executive Directur Center for Uyghur Studies Mr. Abdulhakim Idris mengatakan diskusi tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian organisasinya untuk turut serta memperjuangkan hak-hak kaum Muslim yang tertindas di belahan dunia mana pun.

"Mahasiswa sebagai generasi muda yang masih memiliki semangat solidaritas yang tinggi diharapkan mampu mendorong masyarakat Muslim dan komunitas Muslim untuk lebih peduli dengan isu ini," katanya.

Sementara itu, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abdur Rozaki dalam sambutannya mengatakan diskusi internasional ini penting dalam rangka membangun solidaritas kaum muda di Indonesia kepada masyarakat Uyghur.

"Selain itu, diskusi internasional ini perlu sering diadakan untuk mengembangkan jaringan dari Dewan Eksekutif Mahasiswa ini ke ranah internasional dan bisa mengikuti isu-isu internasional yang ada," katanya.*

Baca juga: Turki harapkan Uighur hidup damai di bawah kekuasaan China

Baca juga: Mabes Polri-Ormas Islam studi banding ke Xinjiang-Beijing

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023