Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia dalam dialog tingkat tinggi yang diadakan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menyebutkan terdapat tiga elemen utama dalam menyukseskan kolaborasi ekonomi digital antarnegara.

"Ketiga elemen tersebut diantaranya adalah sentralitas pada aspek manusia (human-centricity), komitmen untuk hidup berdampingan (co-exist) dan bersama-sama menciptakan (co-create) fair playing field, dan ruang kesempatan yang adil juga setara bagi semua orang untuk berkembang," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Mira Tayyiba dalam acara High Level Dialogue UNCTAD E-Commerce Week 2023 "Shaping the Future of Digital Economy" di Jenewa, Swiss, Kamis (7/12) waktu setempat.

Mengenai elemen pertama, Mira menekankan teknologi digital perlu dikembangkan dengan tidak mempertimbangkan aspek kemutakhirannya saja tetapi juga harus menghormati nilai dan keberagaman manusia.

Baca juga: Mendag: Kolaborasi-adaptasi kunci hadapi tantangan ekonomi digital

Ia memberikan beberapa contoh kasus seperti kasus misinformasi maupun disinformasi yang diproduksi oleh kecerdasan buatan (AI) berakhir menyebabkan kegaduhan sosio-politik.

Kemudian perangkat lunak pengenalan wajah yang bias terhadap kelompok masyarakat tertentu menyebabkan kesalahan penangkapan oleh aparat.

"Ini semua menjadi pengingat bahwa pengembangan teknologi digital harus mengutamakan sentralitas pada aspek manusia," katanya.

Selanjutnya untuk elemen kedua berkaitan dengan solusi kolaboratif antara negara maju dan negara berkembang, antara produsen teknologi dengan pengguna teknologi, serta antara perusahaan teknologi global dengan para pemain industri lokal.

Ia menegaskan kolaborasi antarpihak tersebut bersifat krusial mengingat di balik kemajuan teknologi yang pesat, terdapat ketidakseimbangan ekonomi yang berpotensi menimbulkan masalah baru bagi negara-negara berkembang.

“Dengan memahami bahwa teknologi digital pada umumnya dikembangkan oleh negara maju dan kecanggihannya terkadang belum cukup menjawab berbagai tantangan unik yang dihadapi oleh negara berkembang, perlu membuka pintu untuk solusi kolaboratif menangani ketidakseimbangan dalam ekonomi digital global,” kata Mira.

Lalu elemen terakhir berkaitan dengan kesempatan yang adil dan setara bagi seluruh lapisan masyarakat untuk dapat berkembang di era digital diperlukan dalam membangun masa depan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.

Mewakili Indonesia Mira mengatakan berbagai upaya langkah nyata perlu ditempuh oleh seluruh negara seperti penyediaan konektivitas digital yang dapat diakses, terjangkau, dan memadai; fasilitasi pelatihan literasi dan kecakapan digital, hingga pelindungan masyarakat dari penyalahgunaan atau penyalahgunaan teknologi.

“Teknologi digital harus mampu menjadi kapal yang stabil untuk membawa semua pihak menuju masa depan yang lebih baik: mengarungi lautan inovasi dan kemajuan untuk membawa konektivitas, peluang, dan pertumbuhan ke seluruh pelosok dunia,” tutupnya.

Ketiga elemen itu juga disuarakan panelis yang mewakili berbagai pemangku kepentingan sektor digital Indonesia, seperti Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa.

Adapun UNCTAD menggelar dialog yang dihadiri berbagai delegasi negara, organisasi internasional, maupun komunitas digital dalam tema "e-Commerce Week 2023". Acara tersebut berlangsung pada 4-8 Desember 2023 di Jenewa, Swiss.

Baca juga: Bahlil: Arus investasi ke ASEAN tumbuh 5 persen, lampaui level global

Baca juga: UNCTAD: FDI global turun 12 persen pada 2022 akibat krisis

Baca juga: Badan PBB: Perlambatan perdagangan global akan memburuk pada 2023

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023