New York (ANTARA News) - Kurs dolar jatuh terhadap mata uang utama lainnya pada Senin (Selasa pagi WIB), setelah data perumahan AS yang mengecewakan menghidupkan kembali pembicaraan bahwa pengurangan program pembelian obligasi agresif Fed akan lebih lambat dari yang dijadwalkan.

Pada pukul 21.00 GMT (Selasa 04.00 WIB), euro menguat terhadap dolar, diperdagangkan pada 1,3186 dolar pada Senin dibandingkan dengan 1,3139 dolar pada Jumat, lapor AFP.

Dolar jatuh menjadi 99,59 yen dari 100,35 yen.

Euro juga jatuh terhadap yen, diperdagangkan pada 131,33 yen dari 131,90 yen.

Pound Inggris dan franc Swiss juga menguat terhadap dolar.

Dolar dalam beberapa pekan terakhir umumnya telah meningkat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya, karena harapan bahwa Federal Reserve AS akan menarik kembali beberapa kebijakan ekspansif yang paling agresif lebih awal daripada ban-bank sentral terkemuka lainnya.

Tetapi data penjualan "existing-home" (rumah yang sebelumnya telah dimiliki atau rumah yang sudah dibangun sebelumnya selama satu bulan atau dikenal juga dengan home resales) di AS pada Senin datang di bawah ekspektasi, jatuh 1,2 persen pada Juni menjadi 5,08 juta dari 5,15 juta pada Mei, menurut data dari Asosiasi Nasional Makelar Rumah (NAR)

Data menyusul angka terbaru mengecewakan untuk izin bangunan dan perumahan baru belum lama ini.

Christopher Vecchio, analis mata uang di DailyFX, mengaitkan serentetan data perumahan AS tidak mengesankan baru-baru ini terhadap kenaikan suku bunga KPR AS setelah pembicaraan tentang Fed akan segera mengurangi stimulusnya yang mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi.

"Trifecta" dari lemahnya data perumahan AS, "akan (pasti) memaksa para pembuat kebijakan moneter AS untuk memikirkan kembali langkah penghapusan QE3," kata Vecchio, mengacu pada program pembelian obligasi yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif.

"Mengingat implikasi bahwa biaya pinjaman sedang meningkat, sebuah dukungan lebih lanjut kenaikan imbal hasil AS memiliki implikasi negatif bagi pasar perumahan AS, dan dengan demikian, untuk dolar AS dalam jangka menengah."

Sementara itu, lonjakan yen terjadi setelah pemilu akhir pekan di Jepang meningkatkan kekuasaan Partai Demokrat Liberal Perdana Menteri Shinzo Abe.

Omer Esiner, kepala analis pasar di Commonwealth Foreign Exchange, menghubungkan reli yen terhadap perdagangan "membeli pada rumor, menjual pada fakta", mengingat harapan kekuasaan lebih besar Abe akan terus "mempertahankan yen cenderung lebih rendah" dalam jangka menengah sejak Abe menyukai kebijakan ekspansif.

Ravi Bharadwaj, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, mengatakan kemenangan Abe "bisa berarti program stimulus fiskal yang lebih besar dalam beberapa bulan mendatang ketika ekonomi Jepang goyah."

Di antara mata uang lainnya, pound naik menjadi 1,5360 dolar dari tingkat Jumat lalu pada 1,5258 dolar.

Dolar jatuh menjadi 0,9360 franc Swiss dari 0,9408 franc.


Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013