Ekspresi gembira dan mencuatnya kembali semangat hidup terpancar dari wajah mereka, mengisyaratkan bahwa trauma akibat longsor mulai berkurang ...
Natuna (ANTARA) - Pemerintah Indonesia membangun 100 unit hunian tetap (huntap) di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, guna menumbuhkan asa baru bagi para penyintas bencana longsor. Longsor yang menimpa pada Maret 2023 itu menyebabkan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal.

Sebanyak 100 unit huntap yang dibangun melalui APBN yang berkonsep rumah instan sederhana sehat (risha) itu sudah selesai sejak Oktober, namun baru 45 unit yang bisa digunakan. Pasalnya, pengerasan jalan di 55 unit lagi belum selesai.

Para penyintas yang belum bisa menempati hunian saat ini masih mengontrak dan tinggal di rumah keluarga. Adapun biaya kontrak  ditanggung Pemerintah.

Sebanyak 100 unit huntap dibangun jauh dari lokasi bencana longsor dan diklaim tidak akan terdampak bencana alam lain, sebab sudah didesain dengan baik.

Setelah huntap tersebut siap huni, wajah para penyintas terlihat gembira saat Bupati Natuna Wan Siwandi menyerahkan kunci rumah secara simbolis kepada salah seorang penyintas pada pekan lalu.

Ekspresi gembira dan mencuatnya kembali semangat hidup terpancar dari wajah mereka, mengisyaratkan bahwa trauma akibat longsor mulai berkurang. Gurat wajah mereka menunjukkan sudah siap memulai lembaran hidup baru.

Aura kegembiraan semakin bertambah saat Bupati Natuna Wan Siswandi menyampaikan bahwa tanah milik mereka yang terdampak longsor tetap menjadi hak milik, namun tidak boleh digunakan untuk mendirikan bangunan atau kembali menempati lokasi tersebut.

Selain membangun huntap jauh dari lokasi bencana, Pemerintah juga membangun dinding samping jalan di wilayah bencana guna meminimalisasi risiko jika longsor terjadi kembali.


Mitigasi bencana

Kabupaten Natuna merupakan daerah yang memiliki kondisi fisik tanah berbukit dan bergunung batu. Untuk dataran rendah dan landai banyak terdapat di pinggir pantai. Sekitar 90 persen wilayah Natuna terdiri atas perairan dan memiliki iklim tropis basah.

Kondisi demikian membuat Natuna berpotensi mengalami berbagai bencana, mulai dari banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem laut, abrasi, hingga longsor.

Oleh karena itu mitigasi bencana merupakan keharusan mengingat terjadinya bencana tidak bisa dihindari. Yang bisa dilakukan adalah meminimalisasi korban, terutama manusia.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana.

Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memulai pembangunan fisik yang terstruktur dengan baik sesuai dengan kebutuhan penanganan bencana. Misalnya, membangun bronjong kawat dan melakukan pelebaran sungai yang saat ini makin menyempit, memperbesar, dan mengoneksi drainase yang telah menyempit akibat pasir dan sampah serta tidak saling terhubung.

Pemkab Natuna juga harus menentukan titik kumpul yang aman, agar ketika ada bencana warga bisa langsung menyelamatkan diri.

Selain itu, sosialisasi dan pelatihan terkait siaga bencana untuk warga juga perlu dilakukan agar mereka tahu cara mencegah serta bersikap di kala dilanda bencana.

Untuk mewujudkan hal tersebut memang tidak, mudah sebab akan memakan waktu dan biaya yang besar. Namun untuk memulainya, Pemkab Natuna bisa mengawali dengan membuat aturan yang mewajibkan setiap dinas untuk menghubungkan setiap program yang dibuat ke arah mitigasi bencana.

Pemkab Natuna berupaya untuk menjauhkan warganya di Pulau Serasan dari lokasi yang berpotensi mengalami bencana longsor. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengusulkan tambahan pembangunan huntap kepada Pemerintah Pusat.

Huntap yang diusulkan sebanyak 47 unit dan jika disetujui maka total huntap di Serasan menjadi 147 unit.

Huntap yang diusulkan sama persis dengan rumah yang telah dibangun sebelumnya yakni bertipe 36, dua kamar tidur, satu toilet, l tempat cuci piring, serta dapur memasak.
Huntap Serasan. ANTARA/Muhamad Nurman


Untuk kebutuhan dasar seperti air dan listrik juga telah tersedia, airnya diambil dari embung yang dibangun di Pulau Serasan.

Selain kebutuhan dasar, lokasi huntap juga disediakan dua bangunan besar yang bisa dijadikan balai pertemuan dengan halaman yang luas.

Bentuk rumah yang sama persis dan tersusun rapi membuat hunian terlihat rapi dan menawan.


Bantuan masih mengalir

Bantuan untuk para penyintas korban longsor Serasan hingga saat ini masih terus mengalir.

Usai bencana pada 8 bulan lalu, berbagai kalangan, mulai dari Pemerintah Pusat, pemda, masyarakat, hingga organisasi dan komunitas gencar menyalurkan donasi.

Antusiasme mengumpulkan bantuan untuk para korban dilakukan dengan beragam bentuk. Ada yang memberikan pakaian kesayangan hingga turun ke jalan menggalang dana untuk  mencukupi kebutuhan para korban.
 
Bupati Natuna Wan Siwandi berfoto bersama korban longsor Serasan yang menerima bantuan sembako dari BNPB. ANTARA/Muhamad Nurman


Setiap tragedi pasti ada yang berdonasi, bahkan ada yang rela turun ke lokasi untuk membantu Tim SAR melakukan evakuasi.

Meski bantuan tidak bisa menghidupkan kembali sanak saudara korban yang terkubur oleh longsor, hal tersebut bisa mengobati lara, atau setidaknya membantu meringankan beban ekonomi para korban longsor.

Pada 9 Desember 2023 para penyintas juga mendapatkan 100 paket sembako dan alat kesehatan dari BNPB. Bantuan itu merupakan tahap kedua dari BNPB yang disalurkan BPBD Natuna.

Selain itu, PMI juga bakal memberikan bantuan uang tunai kepada para penyintas serta memberikan edukasi terkait kebencanaan.

Hunian tetap yang kini mulai ditempati para korban longsor Serasan itu menunjukkan bahwa negara selalu hadir ketika rakyatnya sedang dilanda lara.















 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023