Kami mengalami kerugian potensial atas surat berharga dalam bentuk SUN yang kita miliki akibat adanya suatu perubahan di market karena situasi saat ini kita mengakibatkan kerugian Rp95 miliar."
Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk hanya mencatat pertumbuhan laba bersih 2,2 persen pada semester pertama 2013, atau hanya naik Rp14 miliar dari Rp659 miliar pada Juni 2012 menjadi Rp673 miliar.

"Pertumbuhan laba bersih menurun menjadi 2,2 persen karena ada beberapa hal, yaitu pertama karena NPL kami masih meningkat dibandingkan tahun 2012," kata Direktur Utama BTN Maryono saat konferensi pers tentang kinerja BTN triwulan II (dua) di Jakarta, Selasa malam.

Pertumbuhan laba tersebut turun drastis bila dibandingkan dengan pertumbuhan laba pada periode yang sama tahun lalu sebesar 39,59 persen, atau naik Rp87 miliar menjadi Rp659 miliar dari Rp472 miliar pada periode sama 2011.

Untuk NPL gross BTN sendiri naik dari 3,46 persen menjadi 4,63 persen, sedangkan untuk NPL net naik dari 2,42 persen menjadi 3,65 persen.

"Dengan peningkatan NPL ini, kami mencadangkan biaya melalui CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) kurang lebih Rp150 miliar," ujar Maryono.

Sementara itu, penyebab rendahnya pertumbuhan laba yang kedua yakni kerugian potensial "mark to market" atas surat berharga dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN).

"Kami mengalami kerugian potensial atas surat berharga dalam bentuk SUN yang kita miliki akibat adanya suatu perubahan di market karena situasi saat ini kita mengakibatkan kerugian Rp95 miliar," tuturnya.

Maryono juga meyakini perseroan bisa mencapai pertumbuhan laba yang jauh lebih tinggi jika peningkatan NPL dan kerugian potensial SUN tersebut tidak dialami oleh BTN.

"Apabila dua hal ini tidak terjadi, maka pertumbuhan laba bersih kita itu sebesar 18 persen," ujar Maryono. (C005/A026)

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013