Bogor, (ANTARA News) - Lembaga Konservasi "Ex-Situ" Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor yang juga anggota World Associations Zoo and Aquaria (Kebun Binatang Dunia), South East Asian Zoos and Aquaria (SEAZA) dan Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), Rabu, mendapat kunjungan tamu istimewa seorang Herpetologist, Brady Barr,Ph.D, seorang ahli spesies reptil yang juga peneliti buaya dan ular di habitatnya. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari hingga Kamis (27/7) 2006 itu dalam rangka mengenalkan satwa jenis reptil kepada pengunjung di TSI terutama anak-anak usia sekolah dasar (SD) sebagai salah satu bentuk edukasi mengingat edukasi merupakan salah satu fungsi Lembaga Konservasi "Ex-Situ" TSI, dan dibuka oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Dephut Ir Adi Susminato, MSc, mewakili Menteri Kehutanan. Brady Barr, yang juga dikenal pembawa acara "Reptile Wild with Dr. Brady Barr" setiap minggunya pukul 23.00 malam di National Geographic Channel`s itu berkunjung ke Indonesia atas undangan National Geographic Indonesia Magazine. Direktur Taman Safari Indonesia Drs Jansen Manansang, Msc dan Koordinator Umum Forum Konservasi satwaliar Indonesia (FOKSI) Tony Sumampau juga hadir pada acara itu. Selama di TSI Cisarua, Brady Barr memperagakan bagaimana tehnik menangkap ular, menguji kekuatan gigi buaya dengan alat khusus, sekaligus memberikan penjelasan mengenai satwa reptil. Acara ini sempat menarik perhatian sejumlah siswa-siswi yang sengaja di undang oleh panitia. Brady Barr lahir di Fort Worth, Texas dan besar di Bloomington, Indiana, mendapatkan gelar Bachelor of Science (BSc) di Pendidikan Keguruan, Universitas Indiana pada tahun 1987, tidak lama kemudian ia memulai karirnya sebagai guru biologi dan zoology di Indianapolis North Central High School. Ia selalu mengatakan kepada anak didiknya untuk "lihat, sentuh dan rasakan satwa". Brady mulai melanjutkan pendidikannya di bidang biologi ke jenjang yang lebih tinggi, karena kecintaannya pada reptil membuatnya berambisi untuk mempelajari kehidupan reptil di berbagai belahan dunia. Setelah itu, Brady pindah ke Florida pada tahun 1994 untuk mengambil gelar Master di Miami University, dan saat itu ia mulai aktif mempelajari diet atau pola makan buaya di Everglades National Park. Hasil dari proyek penelitiannya mampu melindungi ekosistem yang unik, ia kemudian mendapatkan gelar doctor (Ph.D) di bidang biologi dari Universitas Miami pada tahun 1997. Brady Barr hidup dengan sensasi berburu, mahluk hidup liar, dan yang disukainya adalah jenis reptil seperti ular dan buaya. Salah satu tantangan seru yang dialami adalah pada saat ia harus menaklukan ular phyton yang sangat besar di wilayah India, dan phyton ini panjangnya sebesar truk pick up dan mampu menampung mangsa di perutnya yang beratnya 4 kali lebih besar dari berat tubuhnya sendiri. Pada waktu ia berusaha melakukan penangkapan, phyton tersebut melilit dan meremas badannya dengan cengkraman yang kuat sampai nyaris meremukkan dadanya dan membuatnya sulit untuk bernafas, namun akhirnya Brady Barr mampu mengontrol kembali dirinya dan dibantu oleh tim-nya ia berhasil menangkap ular phyton tersebut. Kejadian tersebut nyaris saja merenggut nyawanya. Tahun 2002 merupakan tahun yang sibuk bagi seorang Brady Barr, karena ia melakukan berbagai riset penelitian di berbagai negara, seperti Kamboja, Brazil, Afrika, Sri Langka dan Thailand. Penangkapan atas buaya liar Siam adalah yang pertama kalinya dalam komunitas ilmiah dalam dekade ini, dan sampai saat ini Barr sudah berhasil menangkap dan mempelajari 16 dari 23 spesies buaya di alam liar. Ia memiliki keinginan menjadi orang pertama yang menangkap 23 jenis buaya liar yang ada di dunia. Menurut Brady Barr, Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati termasuk berbagai jenis spesies satwa melata. "Kota berharap semoga masih banyak ahli satwa melata Indonesia seperti Brady Barr," kata Jansen Manansang.(*)

Copyright © ANTARA 2006