Tyre, Libanon (ANTARA News) - Sedikitnya 55 orang, sebagian besar warga sipil dan termasuk banyak anak, masih terkubur di bawah reruntuhan di Libanon selatan setelah lebih dari 10 hari pemboman intensif Israel, kata seorang pejabat pertolongan. Koordinator pertolongan Pertahanan Sipil Libanon Salam Daher mengatakan, jumlah itu mungkin akan jauh lebih besar karena serangan Israel pada jalan di wilayah itu membuat akses oleh tim (berisiko atau tidak mungkin. Tidak segera diketahui berapa banyak dari mereka itu yang tewas atau masih hidup dan menunggu untuk dicapai oleh pekerja bantuan. Dalam satu insiden, 20 warga desa Srifa masih di bawah puing lima rumah yang hancur samasekali dalam pemboman besar udara dan laut 19 Juli ketika 25 warga sipil dilaporkan tewas, kata Daher. "Seseorang yang lolos, terluka, berusaha untuk mencapai desa Tarifilsay yang berdekatan dan memberikan rincian mengenai keluarga yang berada di dalam rumah mereka pada saat pemboman itu. Seharusnya ada 20 mayat lagi di bawah reruntuhan," katanya dikutip AFP. Satu pekerja pertolongan telah tewas dan sekitar 15 orang lainnya terluka ketika berusaha untuk menghancurkan bangunan dengan orang di dalamnya, ia menambahkan. Sepuluh warga sipil, termasuk anak-anak, di bawah puing sebuah rumah tiga-tingkat di desa perbatasan Yarun yang telah dihancurkan oleh pesawat Israel, Rabu, kata polisi. Hampir 400 orang tewas di Libanon sejak dimulainya serangan Israel, sebagian besar dari mereka itu warga sipil. Mayat seorang pengamat PBB yang tewas karena serangan langsung pada sebuah markas PBB di wilayah itu oleh sebuah bom Israel Selasa malam masih di bawah puing gedung tersebut. Mayat tiga koleganya yang juga tewas dalam serangan itu telah ditemukan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006