Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mengkaji berbagai kandidat antivirus yang bersumber dari tumbuhan obat tradisional untuk mengobati penyakit infeksi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
 
"Keanekaragaman hayati Indonesia yang melimpah memberikan peluang besar untuk menjelajahi khasiat tumbuhan-tumbuhan lokal utamanya dalam mengatasi tantangan kesehatan," kata Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Indi Dharmayanti dalam seminar bertajuk Professor Talk yang dipantau di Jakarta, Senin.
 
Indi menuturkan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
 
Jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dan diperkirakan mencapai 305,5 juta jiwa pada tahun 2035 menjadi tantangan dalam upaya pembangunan kesehatan nasional, sehingga memerlukan suatu perhatian serius dalam menjaga dan meningkatkan kesejahteraan kesehatan.

Baca juga: Kemenkes minta lintas sektor kembangkan bahan baku obat lokal

Baca juga: Peneliti BRIN ungkap beberapa parasit malaria resisten obat
 
Selain itu, pergeseran demografi berupa peningkatan jumlah penduduk usia lanjut sangat berpotensi menjadi agein population atau penuaan penduduk akan diikuti dengan penyakit tidak menular.
 
"Pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber potensial untuk pengobatan penyakit saat ini semakin mendapat perhatian," ujar Indi.
 
BRIN telah melakukan skrining terhadap 250 tumbuhan obat Indonesia yang berpotensi sebagai kandidat obat baru untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B dan hepatitis C.
 
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Muhammad Hanafi mengatakan beberapa tumbuhan obat potensial, antara lain cocor bebek, pohon barus, pohon trengguli, dan kenanga.
 
Ekstrak daun cocor bebek memiliki dua senyawa anti hepatitis C, yaitu quercetin dan asam galat. Kedua senyawa itu bisa menjadi kandidat yang baik untuk merancang pengembangan obat antivirus baru untuk pengobatan penyakit infeksi.
 
Kemudian, vaticanol B sebagai senyawa daun pohon barus juga berperan sebagai anti hepatitis C. Senyawa itu memberikan efek antivirus terutama melalui efek virusida langsung.
 
Adapun kenanga memiliki aktivitas anti hepatitis B yang menjanjikan. Analisis lebih lanjut terhadap ekstrak kasar kenanga diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif yang merupakan kandidat menjanjikan untuk pengembangan obat antivirus alternatif untuk pengobatan hepatitis B.
 
"Kami melakukan penelitian untuk mengembangkan tanaman obat tradisional khususnya dalam membatasi penyakit hepatitis C dan hepatitis B," pungkas Hanafi.*

Baca juga: BRIN teliti potensi obat anti malaria dari biodiversitas Indonesia

Baca juga: Peneliti BRIN ungkap tanaman paling populer untuk obat kencing manis

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023