Indonesia dapat mendorong digitalisasi logistik maritim untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi waktu bongkar muat dan mempercepat 'turnover' kapal
Batam (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menceritakan praktik baik pengembangan ekonomi biru di Norwegia dan Korea Selatan.

“Norwegia itu persentase dari ekonomi birunya adalah 20 persen dari GDP-nya (Gross Domestic Product) dan mempekerjakan 11 persen dari total tenaga kerja. Jadi selain migas (minyak dan gas), Norwegia memperoleh kontribusi GDP yang besar dari sektor kelautan,” kata Suharso dalam Indonesia Development Forum 2023 di Batam, Kepulauan Riau, Senin.

Saat berkunjung ke Norwegia, dia melihat banyak nelayan di negara itu kaya raya dan memiliki kemampuan mengolah ikan dengan baik karena didukung riset yang kuat dari berbagai universitas.

Pemerintah Norwegia turut memberikan dana penelitian yang cukup besar sehingga terjadi inovasi-inovasi di industri kemaritiman.

Salah satu bentuk keberhasilan Norwegia ialah budidaya ikan salmon yang bertumpu pada penelitian intensif, dan hasil dari riset tersebut dibagikan secara luas sehingga inovasi-inovasi dapat diadopsi secara luas oleh pembudidaya lokal. Langkah tersebut berhasil meningkatkan volume produksi dan menurunkan biaya produksi.

Baca juga: Menteri PPN: Perjalanan menuju pembangunan ekonomi biru masih terjal

Baca juga: Proyeksi nilai tambah ekonomi biru capai 30 Triliun dolar AS pada 2030


Begitu pula dengan Korea Selatan (Korsel) yang sangat mengandalkan riset dalam rangka mengembangkan ekonomi biru.

“Mereka mengedepankan pelayaran hijau, teknologi perkapalan tanpa nakhoda, tanpa awak, transportasi dan logistik maritim digital, smart aquaculture, teknologi pangan biru, biota laut dengan teknologi tinggi, dan sains makro-lautan,” ungkap dia.

Berdasarkan praktik baik di Korsel, apa yang bisa dijadikan acuan dalam kebijakan Indonesia adalah mengadopsi dan meningkatkan penggunaan teknologi pelayaran hijau dengan target konversi yang signifikan dari penggunaan bahan bakar konvensional ke energi yang lebih bersih.

Kedua, Indonesia dapat mendorong digitalisasi logistik maritim untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi waktu bongkar muat, dan mempercepat turnover kapal.

Selanjutnya ialah mendukung peningkatan pasar pangan biru (blue food) melalui penerapan teknologi berkelanjutan. Terakhir, meningkatkan investasi dalam penelitian sains laut dan memberikan inisiatif penelitian dan bioteknologi laut.

Hingga saat ini, Indonesia mengupayakan pengembangan ekonomi biru sebagaimana Norwegia dan Korsel.

“Kita telah mengembangkan sistem akuakultur yang lebih efisien dan ramah lingkungan dengan pembudidayaan ikan, rumput laut, kerang, rumput laut dan lainnya," katanya.


Indonesia, lanjut dia,  juga mengembangkan pariwisata bahari, dan juga punya praktik-praktik baik dalam hal pembuatan bioplastik dari sisik dan kulit ikan. "Termasuk bagaimana kita mengolah limbah plastik,” ujar Suharso Monoarfa.

Baca juga: Bappenas sebut potensi dari ekonomi biru di Indonesia sangat besar

Baca juga: PPN: Perlu konsistensi multisektor majukan Kepulauan Mentawai


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023