Informasi yang ada menunjukkan situasi yang mengkhawatirkan karena semakin banyak anak-anak menjadi korban
Kinshasa (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jumat, memperingatkan pihaknya memiliki bukti yang "mengkhawatirkan" terkait semakin banyaknya anak-anak yang terbunuh atau terluka dalam pertempuran baru di Republik Demokratik Kongo.

Sementara itu sekitar 2.000 anak dimanfaatkan sebagai tentara dalam konflik di bagian timur negara itu, tempat pasukan pemerintah memerangi pemberontak dari kelompok M23, kata perwakilan UNICEF Barbara Bentein.

Hingga 2.000 anak terlibat dalam pertempuran, menurut perkiraan PBB.

"Terulangnya konflik antara tentara nasional dan kelompok-kelompok bersenjata di Provinsi Kivu Utara memberikan risiko langsung kepada anak-anak dan wilayah sekitar tempat pertempuran sedang berlangsung," kata Barbara Bentein.

"UNICEF telah menerima laporan jika anak-anak tewas atau terluka sebagai akibat langsung dari bentrokan saat ini.

Bentein meminta semua pihak untuk menghormati hukum internasional dan membebaskan anak-anak yang telah dipaksa untuk turut berperang.

"Perekrutan dan penggunaan anak di bawah usia 18 tahun dalam angkatan bersenjata dan kelompok-kelompok bersenjata adalah kejahatan berdasarkan hukum internasional dan Kongo.

"Mereka yang bertanggung jawab harus diidentifikasi, ditangkap dan dituntut sesegera mungkin."

"Kami mendesak semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk melepaskan anak di bawah umur yang ada dalam pasukan mereka," kata Bentein.

Pertempuran antara tentara DR Kongo dan M23 kembali mulai pada 14 Juli pasca gencatan senjata dua bulan sebelumnya yang terjadi di dekat dengan kota Goma di Kivu Utara.

Bentrokan-bentrokan terbaru itu menyebabkan sedikitnya 5.000 orang meninggalkan rumah, kebanyakan di antaranya anak-anak.

M23 adalah kelompok bersenjata yang dibentuk oleh mantan tentara Tutsi yang memberontak dari militer Kongo pada April 2012. M23 menduduki Coma selama 10 hari pada bulan November sebelum mundur di bawah tekanan internasional.

Selain itu kelompok pemberontak Islam ADF-Nalu, yang menentang Uganda, kembali memulai pertentangan pada bulan Juli di wilayah utara yang menyebabkan sekitar 65 ribu orang lebih mengungsi.

Sejak Januari 2013, UNICEF dan mitranya telah "mendukung demobilisasi dan reintegrasi dari 1.700 anak-anak" di negara itu.


Penerjemah: GNC Aryani

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013