Jakarta (ANTARA) - Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional (PR BBOOT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Susi Kusumaningrum menciptakan obat jerawat dari bahan alami, yakni dari ekstrak kulit manggis dan limbah kulit udang.

"Mikro partikel dari kitosan atau limbah kulit hewan crustacea (salah satunya udang), ekstrak kulit manggis, dan daun pegagan, dikenal memiliki bahan aktif antijerawat, dan bahan-bahan alam tersebut jumlah atau kebutuhannya mencukupi di Indonesia," kata Susi dalam diskusi BRIN yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Rabu.

Susi mengemukakan, urgensi di Indonesia saat ini, bahan baku kosmetik baik aktif maupun eksipien (pelarut) masih impor lebih dari 80 persen. Untuk itu, penyediaan bahan baku alam aktif dan sediaan antijerawat demi menangani masalah gangguan kulit di Indonesia masih diperlukan.

"Diperlukan alternatif obat yang aman, bermutu, dengan harga terjangkau, sehingga ekstraksi kulit manggis dan herba pegagan, dan kulit udang atau crustacea ini bisa menjadi bahan baku obat jerawat atau skincare yang bermanfaat bagi masyarakat," ujar dia.

Prevalensi penyakit jerawat di Indonesia ini terus meningkat, dan pada perempuan, jerawat menempati urutan kelima setelah masalah kusam, komedo, pori-pori kulit besar, dan jerawat menghitam.

"Persentase jerawat pada generasi Z sebesar 46,2 persen, generasi Y 36,86 persen, dan generasi X sekitar 14,5 persen." ucapnya.

Berdasarkan data yang disampaikan oleh Susi, pasar kosmetik antijerawat cukup tinggi, sekitar 4,46 miliar US Dollar pada tahun 2022, dan diperkirakan akan tumbuh sekitar 9,1 persen hingga tahun 2030.

Baca juga: BRIN teliti optimalisasi wanamina dalam menyerap emisi karbon

Baca juga: BRIN cari alternatif obat berbasis tumbuhan untuk penyakit infeksi

Baca juga: Biodiversitas Indonesia potensial untuk industri obat tradisional


"Kosmetik antijerawat biasanya menggunakan antibiotik, sehingga resistensi antibiotik pun akan meningkat. Tren akhir-akhir ini adalah peningkatan penggunaan obat alam untuk skincare, sehingga inovasi ini menjadi peluang besar," tuturnya.

Ia menjelaskan, mikropartikel kitosan yang diisolasi dari kulit udang atau kepiting, diketahui mempunyai sifat antimikroba dan menyembuhkan luka, sehingga dapat digunakan sebagai bahan aktif, sedangkan pegagan sudah dikenal sebagai penyembuh luka yang efektif, selain itu juga dapat meluruhkan lemak.

"Manggis, kulitnya selama ini banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional sebagai antidiare, infeksi kulit, dan pengobatan luka. Kulit manggis juga diketahui mempunyai sifat antibakteri dan antiinflamasi," paparnya.

BRIN bekerja sama dengan PT Mustika Ratu melakukan penelitian dan survei kepada responden terkait seberapa efektif ekstrak kulit manggis, pegagan, dan kitosan ini untuk mengurangi atau menyembuhkan jerawat.

"Dari hasil penilaian responden, mikropartikel kitosan-ekstrak kulit manggis dan kitosan-ekstrak pegagan mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat dan membantu penyembuhan luka jerawat," ucap Susi.

Selain itu, aplikasi mikropartikel kitosan-ekstrak kulit manggis dan kitosan-ekstrak pegagan pada gel antijerawat juga terbukti secara in vitro mampu menghambat pertumbuhan bakteri p. acnes (penyebab jerawat).

"Penilaian responden pada produk ini secara umum menunjukkan bahwa produk bersifat baik dan dapat diterima oleh seluruh responden, dan tidak dilaporkan adanya reaksi efek samping selama masa penggunaan, sehingga semua responden menilai produk ini aman untuk digunakan," kata Susi.

Baca juga: BRIN kaji kandidat antivirus dari tumbuhan obat tradisional

Baca juga: BRIN: Kelautan dan kemaritiman berperan wujudkan Indonesia Emas 2045

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023