Bahkan beberapa mutan gandum yang masih diriset mampu tumbuh di dataran rendah seperti Jakarta. Jika demikian ke depan tak sulit lagi kita mengembangkan gandum tropis lokal dan diharapkan bisa mengurangi impor gandum nasional."
Jakarta (ANTARA News) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memperkenalkan benih gandum varietas lokal unggul dengan produktivitas tinggi mencapai rata-rata 5,4 hingga 6,4 ton per hektare bernama Ganesha-1.

"Keunggulannya bisa dibandingkan dengan gandum varietas unggul yang sudah ada seperti Dewata dan Selayar," kata pemulia gandum dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan Dr Soeranto Human pada diskusi kemandirian pangan "Subsitusi Gandum dengan Teknologi Pemuliaan dan Pengolahan Sumber Daya Hayati Lokal" di Jakarta, Senin.

Ganesha-1, ujarnya, berasal dari induk WL-2265 yang diiradiasi sinar Gamma dengan dosis 300 Gy, dan memiliki ciri tinggi tanaman 72,9 cm, umur panen 132 hari, bobot 1.000 biji 39,2 gram, dengan protein 15,6 persen, gluten 35,5 persen dan resisten penyakit karat, yang adaptif ditanam di dataran tinggi, sekitar 1.000 meter dari muka laut.

Selain Ganesha-1 yang sudah dilepas oleh Kemtan dan Konsorsium Gandum Indonesia dua bulan lalu, ujar dia, Batan juga sedang dalam proses menguji multilokasi galur mutan gandum unggul yang mampu ditanam di dataran menengah 500-800 meter dan diharapkan bisa dilepas sebagai varietas pada 2015.

"Bahkan beberapa mutan gandum yang masih diriset mampu tumbuh di dataran rendah seperti Jakarta. Jika demikian ke depan tak sulit lagi kita mengembangkan gandum tropis lokal dan diharapkan bisa mengurangi impor gandum nasional," katanya.

Data BPS pada 2012 impor biji gandum mencapai 6,3 juta ton dengan nilai 2,3 miliar dolar AS, sedangkan pada kwartal pertama 2013 angka impor gandum tercatat mencapai 1,3 juta ton atau senilai 501 juta dolar AS.

Gandum (Triticum aestivum L.), ujarnya, sebenarnya sudah lama bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia di daerah dataran tinggi bersuhu sejuk, namun penanaman dan produksi gandum nasional masih sangat rendah.

Penyebabnya petani mengalami kesulitan budidaya akibat ketersediaan lahan, yang di dataran tinggi harus bersaing dengan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan) yang lebih menguntungkan.

Juga karena kebanyakan petani belum mengenal budidaya gandum seperti perlunya proses vernalisasi agar tanaman gandum mau berbunga dan menghasilkan biji, juga belum adanya jaminan pasar untuk produk gandum lokal, selain itu juga akibat minimnya ketersediaan benih gandum.

Gandum atau tepung terigu kini telah menjadi bahan pangan utama di dunia, termasuk di Indonesia karena memiliki kelebihan kaya akan turunan untuk pangan olahan, seperti mi, roti, dan lain-lain.

Australia merupakan negara pemasok gandum terbesar dengan total pasokan mencapai 4,4 juta ton dengan nilai 1,5 miliar dolar AS pada 2012. Setelah itu Kanada dengan pasokan 930,6 ribu ton atau senilai 389,5 juta dolar AS, kemudian AS sebanyak 686,4 ribu ton atau senilai 256,4 juta dolar AS. (*)

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013