Banda Aceh (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mencatat 23 kali interaksi negatif atau konflik manusia dengan satwa liar lindung di Kabupaten Aceh Timur sepanjang 2019 hingga 2023.

"Dalam rentang empat tahun terakhir, sejak 2019 hingga 2023, ada 23 kali interaksi negatif satwa lindung dengan manusia di Kabupaten Aceh Timur," kata Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Walhi Aceh Afifuddin di Aceh Timur, Kamis.

Ia menyebutkan interaksi negatif tersebut melibatkan satwa lindung kunci seperti gajah sumatra (elephas maximus sumatranus) dan harimau sumatra (panthera tigris sumatrae).

Interaksi negatif tersebut, kata Afifuddin, menyebabkan lima individu gajah sumatra dan tiga ekor harimau sumatra mati. Kematian tersebut dapat mengancam populasi satwa dilindungi tersebut.

"Berdasarkan data yang kami kantongi, Kabupaten Aceh Timur merupakan wilayah paling tinggi terjadinya interaksi negatif satwa lindung dengan manusia dibandingkan kabupaten kota lain di Provinsi Aceh," katanya.

Baca juga: Walhi soroti dugaan kerusakan mangrove dan penimbunan Danau Gili Meno

Baca juga: Walhi: 5.000 hektare karhutla di Sumsel terjadi pada lahan konsesi

Baca juga: Walhi Sumsel kawal penegakan hukum korporasi penyebab karhutla 


Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Gunawan Alza mengatakan pihaknya melakukan berbagai upaya mencegah terjadinya konflik manusia dan satwa lindung.

"Namun, setiap tahun masih juga ada satwa liar dilindungi yang mati akibat konflik dengan manusia. Dan ini tentu mengancam populasinya," kata Gunawan Alza menyebutkan.

Upaya pencegah yang dilakukan di antaranya pemasangan kalung posisi. Kalung posisi ini sebagai sistem peringatan dini, di mana akan diketahui posisi kawanan gajah.

Apabila kawanan gajah keluar dari habitatnya dan mendekat ke tempat aktivitas masyarakat, seperti ladang maupun pemukiman penduduk, maka dapat segera dilakukan pencegahan.

Selanjutnya, kata Gunawan Alza, pembangunan parit dan pagar kejut guna mencegah kawanan satwa dilindungi keluar dari habitatnya. Serta menanam tanaman yang tidak disukai kawanan gajah seperti salak, akar wangi, jeruk lemon, dan lainnya.

"Kami juga memberikan pelatihan kelompok masyarakat mandiri interaksi negatif antara manusia dan gajah liar. Tujuannya, masyarakat mampu mencegah konflik satwa dengan manusia," kata Gunawan Alza.

Baca juga: BKSDA lepas liarkan harimau ke Taman Nasional Gunung Leuser

Baca juga: Dua harimau sumatra ditemukan mati di Aceh Timur

Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023