... Mesir berada di jurang perpecahan... "
Kairo (ANTARA News) - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Ashton, melakukan pembicaraan selama dua jam dengan presiden terguling Mesir, Mohamed Moursi, di tempat ia ditahan segera setelah ia digulingkan dalam kudeta 3 Juli.

"Ashton bertemu dengan Moursi selama dua jam," kata juru bicara Ashton, Maja Kocijancic, kepada AFP, Selasa. Ashton termasuk tokoh internasional yang diberi kesempatan sangat langka seperti itu.

Ashton yang berada di Kairo untuk membicarakan krisis politik berdarah yang melanda negara paling banyak penduduknya di dunia Arab itu, Senin malam. Mesir berada di jurang perpecahan setelah konflik internal berkembang menjadi konflik berdarah di sana.

Pangkalnya, Moursi yang didukung habis-habisan oleh gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, digulingkan militer negara itu. Sejak Hosni Mubarak diturunkan dari kepresidenannya, Mesir terur bergolak. Belakangan, gejolak juga menular ke negara-negara Musim Semi Arab (Arab Springs). 

Paling tidak 72 warga Mesir tewas dalam kerusuhan masif di Kairo antara pendukung dan penentang Moursi yang didukung militer Mesir.

Sumber-sumber mengemukakan kepada AFP, Ashton meninggalkan Kairo menggunakan satu helikopter militer menuju satu lokasi yang tidak diungkapkan, tempat Moursi ditahan. 

Ketidakjelasan status dan tempat penahanan Moursi --jika benar dia ditahan-- menjadi satu pemicu penting kerusuhan berdarah di negara dengan peradaban paling tua di dunia itu.

Dalam kunjungan terakhirnya 17 Juli, Ashton tidak berhasil meminta izin untuk menemuinya dan mendesak pembebasannya.

Para pendukung Moursi berdemonstrasi setiap hari menuntut pemulihan jabatannya. Senin kemarin, mereka bergerak dari satu lokasi unjuk rasa penting Kairo ke beberapa markas besar keamanan.

Ashton, yang tiba di Kairo Ahad malam, melakukan perundingan dengan sejumlah pejabat sepanjang Senin, termasuk Presiden sementara yang dilantik militer, Adly Mansour, Wakil Presiden bagi Urusan Internasional, Mohamed ElBaradei, dan Panglima Angkatan Bersenjata Mesir, Jenderal Fattah al-Sisi.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013