"Anaknya bingung puting karena itu ibunya jadi eksklusif pumping (memerah ASI)," kata Tan dalam konferensi pers daring "Melindungi Ibu dan Anak dari Promosi Susu Formula yang Agresif" di Jakarta, Kamis.
Karena ibu memompa ASI dengan alat, maka anak tidak menyusu secara langsung sehingga pengosongan payudara tidak maksimal.
"Karena pumping atau dipompa, anaknya tidak menyusu langsung, jadi, pengosongan payudara tidak maksimal. Akhirnya ASI makin seret," ujar Tan.
Baca juga: Tips liburan tapi ASI tetap lancar ala Mom Uung
Tan mengatakan tidak adanya edukasi terkait pentingnya memberikan ASI secara langsung atau ASI perah pada ibu atau orang yang mengasuh bayi menjadi salah satu dari sejumlah alasan akhirnya bayi diberikan susu formula, di samping ibu sejak awal rendah diri karena ASI-nya tak selancar ibu-ibu menyusui lainnya.
Berbicara alasan lain bayi akhirnya diberi susu formula yakni adanya anjuran tenaga kesehatan. Padahal menurut Tan, tenaga kesehatan dilarang memberikan susu formula yang dapat menghambat program pemberian ASI eksklusif dan ini didukung salah satunya oleh Peraturan Pemerintah.
Tan menambahkan, alasan lainnya memberikan bayi susu formula antara lain desakan mertua, teman, tetangga serta iri dengan anak-anak lain yang bertubuh gemuk.
"Iri dengan anak-anak lain yang gembul. Jadi, patokannya bukan kurva tumbuh kembang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), WHO tetapi patokannya anak tetangga yang kayak roti sobek," kata Tan.
Tan menuturkan ada sejumlah alasan medis yang dapat diterima sebagai dasar penggunaan pengganti ASI, antara lain bayi mengalami galaktosemia klasik sehingga diperlukan formula khusus bebas galaktosa, atau ibu terinfeksi HIV namun dengan catatan jika pengganti ASI dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman.
Baca juga: Pakar: ASI eksklusif dan makanan bergizi bantu anak lawan pneumonia
Baca juga: Tidak adanya dukungan jadi penyebab ibu bekerja berhenti menyusui
Baca juga: Serba-serbi upaya untuk menjadi ibu yang sukses menyusui
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023