Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bertemu Menlu Tunisia Nabil Ammar di Ibu Kota Tunis pada Kamis (21/12), untuk mendorong percepatan Pengaturan Perdagangan Preferensial (PTA) serta mengonkritkan kerja sama industri pupuk.

Negosiasi PTA Indonesia-Tunisia sudah berjalan sejak 2018, dengan enam putaran negosiasi telah dilakukan, terakhir pada 2022.

“Indonesia dan Tunisia berkomitmen untuk mempercepat negosiasi. Kita akan berusaha semaksimal mungkin agar negosiasi dapat selesai tahun depan,” kata Retno ketika menyampaikan keterangan pers secara daring terkait kunjungannya ke Tunisia.

Dengan implementasi PTA, ujar dia, hubungan perdagangan kedua negara diyakini akan semakin kokoh.

Volume perdagangan Indonesia-Tunisia terus tumbuh dengan rata-rata 29,39 persen per tahun sejak 2018. Tahun lalu, volume perdagangan bilateral tercatat 215,3 juta dolar AS (sekitar Rp3,3 triliun), atau yang tertinggi sejak 2018.

Indonesia juga mencatat neraca positif pada 2018-2022, yaitu surplus sebesar 123,9 juta dolar AS (sekitar Rp1,9 triliun) pada 2022.

“Dan kita berharap dengan PTA, tren perdagangan ini akan semakin kuat,” katanya.

Selain PTA, Indonesia juga mengharapkan kerja sama dengan Tunisia dalam industri pupuk, guna merespons pasokan pupuk global yang terganggu akibat konflik global.

Karena itu, Indonesia perlu memperkuat industri pupuk dalam negeri, salah satunya dengan diversifikasi suplai bahan baku.

“Dalam konteks inilah, PT Pupuk Indonesia sedang dalam proses deal dengan Tunisia, yang merupakan salah satu eksportir fosfat terbesar di dunia. Dan ini sangat penting artinya untuk mendukung keamanan pangan Indonesia,” kata Retno.

Di mengatakan bahwa pembahasan terkait kerja sama PTA dan pupuk akan dilanjutkan di tingkat duta besar, dan diharapkan langkah maju dalam kerja sama Indonesia-Tunisia dapat dicapai tahun depan.

Selain bertemu Menlu Ammar, selama kunjungan singkatnya yang hanya berlangsung selama sembilan jam, Retno berkesempatan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Tunisia Kais Saied maupun kepada Perdana Menteri Tunisia Ahmed Hachani.

“Hubungan bilateral Indonesia-Tunisia telah berkembang dengan baik. Dua negara memiliki ikatan politik yang sangat kuat. Ikatan politik yang kuat ini harus dijadikan pondasi untuk memperkokoh kerja sama ekonomi,” kata Retno menambahkan.

Baca juga: Presiden Tunisia dan Menlu RI bahas hubungan dan kerja sama bilateral
Baca juga: Dubes: Produk unggulan Indonesia mampu bersaing di pasar Tunisia
Baca juga: KBRI Tunis promosikan kopi Indonesia di Tunisia 


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023