Agam (ANTARA) - Kabupaten Agam di Sumatera Barat mendatangkan konsultan asing asal Belanda, Wilhelmus Aarts, untuk menjalankan program percobaan (pilot project) pengelolaan sampah yang diselenggarakan di Nagari atau Desa Panampuang, Kecamatan Ampek Angkek.

Pada acara peluncuran program Nagari Zero Waste di Kantor Wali Nagari Panampuang, Jumat, Wilhelmus mengatakan bahwa sampah adalah masalah dunia dan harus ditanggulangi secara serius agar tidak memberikan dampak lingkungan yang merugikan masyarakat, terutama yang berhubungan dengan sampah plastik.

"Semua program tersebut tidak akan berjalan tanpa dukungan masyarakat. Saya yakin bahwa aparat di Desa Panampuang sebagai pilot project bisa mengajak masyarakat untuk mengelola sampah dengan benar, yaitu memisahkan sampah dapur dengan sampah plastik agar bisa didaur ulang dan bernilai ekonomis," kata Wilhelmus yang merupakan konsultan dari organisasi nirlaba SES (Senior Experten Service) yang berkedudukan di Jerman.

Setelah melakukan kunjungan ke berbagai pelosok desa untuk melihat kondisi sampah secara langsung, pria asal Kota Maastrich itu menilai bahwa masyarakat tampaknya belum menyadari bahwa sampah plastik sebenarnya memiliki nilai ekonomis karena bisa diolah kembali.

"Mungkin yang perlu didorong adalah semangat untuk sedikit bersusah payah dalam memilah sampah plastik dengan sampah dapur. Sampah plastik bisa dijual ke pabrik pengolahan yang menghasilkan produk bernilai, seperti bahan bakar minyak," kata pria berusia 77 tahun itu.

Baca juga: Sleman targetkan mampu kelola sampah sendiri mulai tahun depan

Baca juga: Bandung tak perpanjang status darurat sampah

Baca juga: Dirut: PT PP kompeten bangun infrastruktur pengolahan sampah


Wilhelmus mengatakan bahwa ia menyadari kalau membangkitkan kesadaran masyarakat untuk memisahkan berbagai jenis sampah seperti plastik, besi, kertas dan jenis lain bukanlah hal yang mudah karena memerlukan kerja ekstra yang tidak semua orang mau melakukannya.

Namun dari pengamatannya setelah melakukan hal yang sama di berbagai negara di Afrika dan Amerika Selatan, pengelolaan sampah di Kabupaten Agam jauh lebih baik karena memiliki infrastruktur yang lebih maju.

Saat memberikan presentasi, Wilhelmus secara khusus memberikan apresiasi kepada Muhammad Musafik, pemilik UMKM Bank Sampah Padat Karya di Desa Malalak yang berhasil mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak untuk mesin.

Berkat kesungguhan dan kerja kerasnya, Musafik keluar sebagai 20 besar dari 100 finalis pada Indonesia Entrepreneurs Challenge (IEC) 2023.

Menurut Wilhelmus, masyarakat di Nagari Panampuang bisa bekerja sama dengan UMKM Padat Karya milik Muhammad Musafik yang masih kekurangan banyak baku sampah plastik untuk diolah menjadi bahan minyak jenis bensin, solar dan minyak tanah.

Baca juga: Sampah plastik di RSU Negara-Bali dapat diolah menjadi kaki palsu

Baca juga: Legislator dukung retribusi kebersihan agar Jakarta bebas sampah

Baca juga: Mewujudkan energi alternatif dari gunungan sampah di Solo


Muhammad Musafik yang hadir pada acara yang dibuka secara resmi oleh Bupati Agam Andri Warman itu mengakui bahwa UMKM yang dipimpinnya sudah menghasilkan 100 liter bahan bakar minyak dan membutuhkan rata-rata dua ton limbah sampah plastik setiap minggu.

"Kami sudah membuat MoU dengan pihak sekolah-sekolah dan lokasi pariwisata serta masyarakat untuk mendapatkan sampah plastik yang akan diolah jadi bahan bakar minyak," kata Musafik.

Sementara itu Wali Nagari Panampuang Etriwarmon mengakui bahwa pihaknya belum memiliki teknologi pengolahan sampah menjadi bahan bakar minyak seperti di Desa Malalak, tapi memiliki UMKM yang bergerak di bidang pengolahan sampah plastik menjadi berbagai kerajinan tangan.

"Saat ini yang dimiliki Nagari Panampuang adalah Kelompok Bank Sampah Sakato yang mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk organik serta olahan dari barang bekas. Jadi tinggal lebih menggiatkan kegiatan dan mencari dukungan permodalan," katanya menambahkan.

Tenaga ahli Bupati Agam Elfindri mengatakan, Nagari Panampuang yang memiliki populasi sekitar 9.000 jiwa tersebut dipilih sebagai pilot project karena dianggap sudah lebih siap dibandingkan dengan desa lain yang ada di Kabupaten Agam dan diharapkan bisa menjadi contoh dalam pengelolaan sampah.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023