Matching Fund merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek),...
Jakarta (ANTARA) - Kolaborasi perguruan tinggi dan dunia usaha, yang didanai program Matching Fund, mampu menghasilkan mesin injeksi plastik yang dibutuhkan dunia industri.

Pengajar Swiss German University (SGU) Leonard Rusli dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan mesin injeksi plastik tersebut spesifik untuk pencetakan barang-barang material plastik berskala mikro, yang hanya membutuhkan material dengan volume sangat kecil.

Matching Fund merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) sebagai upaya penciptaan kolaborasi dan sinergi strategis antara perguruan tinggi dengan pihak mitra.

Baca juga: Kemendikbud ungkap upaya ciptakan talenta digital di perguruan tinggi

Dengan alokasi dana hingga Rp1 triliun, Matching Fund menjadi salah satu nilai tambah terbentuknya kolaborasi antara dua pihak melalui platform Kedaireka.

Dalam program tersebut, Leonard Rusli bermitra dengan PT Parama Lentum Artindo (PLA) untuk menjawab kebutuhan industri.

Leonard menambahkan kapasitas injeksi mesin konvensional relatif besar, sehingga saat digunakan untuk mencetak barang berukuran mikro, mesin tidak bisa menghasilkan hasil cetak dengan kualitas dan massa jenis yang diharapkan.

"Diharapkan melalui program pendanaan riset ini dapat menyelesaikan keterbatasan produksi barang plastik dengan skala mikro dan menghasilkan mesin injeksi mikro pertama karya Indonesia," ungkapnya.

PLA merupakan perusahaan yang dimulai oleh Sesarius Egi Budiman, salah satu alumni SGU Jurusan Teknik Mekatronika.

Baca juga: Airlangga sebut industri plastik RI mampu bersaing di tingkat global

Saat ini, PLA berfokus di sektor injeksi plastik dan di tengah pesatnya perkembangan teknologi manufaktur, kebutuhan akan mesin injeksi plastik yang mampu mencetak barang berskala mikro dengan presisi juga kian meningkat.

Namun, lanjut Leonard, hal itu terhambat oleh ketersediaan mesin yang masih sangat sedikit di Indonesia.

Di samping itu, harga yang terlampau tinggi karena harus diimpor dari luar negeri serta tingkat akurasi mesin yang tersedia terbatas untuk barang skala kecil dan belum memenuhi standar untuk barang skala mikro, juga menjadi kendala.

"Melalui hasil riset pembuatan mesin injeksi skala mikro ini, kebutuhan produsen lokal akan mesin injeksi plastik yang mampu mencetak barang plastik berskala mikro dengan hasil presisi akan terpenuhi dan juga dampaknya akan membuat biaya produksi lebih terjangkau," jelas Leonard.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023