Jakarta (ANTARA News) - Tidak mustahil akan terjadi perang terbuka di Timur Tengah, jika Israel terus memperluas serangannya terlalu jauh hingga mendekati Suriah dan Suriah tak bisa menerima. "Namun demikian perang terbuka juga tergantung dari Amerika Serikat, apakah negara yang mengaku 'polisi dunia' itu bisa menghentikan agresi Israel ke negara-negara tetangganya," kata Pakar Timur Tengah Prof Dr Riza Sihbudi di Jakarta, Jumat. Sejauh ini, lanjut dia, AS justru memveto rancangan resolusi untuk menghentikan agresi Israel yang terang-terangan melanggar HAM itu, sehingga negara lain pun tak bisa berkutik. "Ironisnya, PBB, tempat semua negara di dunia bernaung dan tugasnya menjaga perdamaian tak mampu mencegah agresi Israel. AS tak bisa fair, khususnya di bawah kepemimpinan Bush yang selalu membenarkan apa kata Israel, membuat situasi makin tak menentu," katanya. Peneliti LIPI ini juga menyayangkan posisi Liga Arab yang tak bisa menunjukkan kekompakan dan membuat Israel makin berani mengacak-acak negara-negara Arab tetangganya. "Negara-negara Arab terlalu banyak ketergantung pada AS, Arab Saudi terlalu dikuasai AS, Mesir juga menjadi penerima bantuan AS terbesar di Timur Tengah setelah Israel, sehingga tak bisa bersikap berseberangan dengan AS," katanya. Dalam posisi ini Indonesia juga tak bisa mendikte bahkan mengarahkan kepeduliannya soal penyelesaian Palestina dan Lebanon, karena Liga Arab ini juga tak peduli, ujarnya. Akhirnya, Palestina dan Lebanon yang menjadi korban malang serangan tak rasional militer Israel harus berjuang sendirian di depan mata bungkam semua bangsa di dunia. Soal ini, ia mengkhawatirkan bakal tumbuhnya kelompok-kelompok yang disebut AS sebagai "teroris" baru yang putus asa dan tak percaya lagi pada solusi apapun. (*)

Copyright © ANTARA 2006