Kami melihat inflasi 3,29 persen itu terlalu tinggi dan tidak semestinya terjadi, tetapi kenyataannya otoritas fiskal dan moneter kita tidak mampu menjaga stabilitas harga di dalam negeri,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR RI, Arif Budimanta menyatakan, inflasi bulan Juli 2013 sebesar 3,29 persen, sebagaimana yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) jauh diatas perkiraan yang disampaikan beberapa pihak sebelumnya.

"Kami melihat inflasi 3,29 persen itu terlalu tinggi dan tidak semestinya terjadi, tetapi kenyataannya otoritas fiskal dan moneter kita tidak mampu menjaga stabilitas harga di dalam negeri," kata Arif kepada ANTARA News, Jakarta, Jumat.

Dikatakannya, banyak pihak menyatakan kalau inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), serta pengaruh bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran.

"Tetapi banyak faktor lain yang juga turut mendorong inflasi, seperti terdepresiasinya nilai tukar rupiah belakangan ini. Lemahnya nilai tukar rupiah membuat biaya produksi barang-barang yang berbahan baku impor juga ikut meningkat sehingga pada akhirnya juga akan mendorong inflasi," kata Direktur Eksekutif Megawati Institute itu.

Selain itu, tambahnya, distorsi pasar bahan makanan juga berdampak sangat besar terhadap inflasi harga bahan makanan di Indonesia, semuanya terakumulasi menjadi satu dan "gagal" diantisipasi oleh pemerintah.

"Saya sebenarnya tidak terlalu kaget jika inflasi Juli sebesar ini, dan sudah sejak jauh hari pemerintah kami ingatkan," ungkap dia.

Oleh karena itu, efektivitas kebijakan pengendalian harga harus dievaluasi, terutama kebijakan moneter yang menggunakan anggaran kebijakan begitu besar dalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) tetapi sangat sulit untuk dievaluasi.

"Sebelumnya saya juga sudah mengingatkan bahwa biaya dari inflasi dari kenaikan harga BBM serta ongkos penanggulangannya harus dihitung masak-masak, karena bisa jadi upaya untuk menghemat anggaran dengan mengurangi subsidi BBM ternyata memiliki ongkos yang lebih besar dari biaya yang dihemat," kata politisi PDI Perjuangan itu.

Arif menegaskan bahwa dirinya tidak setuju jika BI harus menaikan suku bunga acuannya kembali, karena kenaikan suku bunga justru akan meningkatkan production cost yang pada akhirnya akan meningkatkan harga barang, jadi hasilnya akan kontraproduktif.

Terakhir, pemerintah harus kembali memikirkan nasib masyarakat kecil terutama petani, karena dengan adanya kenaikan harga ini semakin menekan daya beli mereka. Meskipun harga jual produk petani kian meroket, tetapi daya beli petani yang ditunjukan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) justru menurun dari 105,28 menjadi 104,58 pada bulan Juli lalu.

"Pada akhirnya inflasi yang tinggi ini akan terus menurunkan tingkat kredibilitas kebijakan pemerintah dimata masyarak,"ujar Arif.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013