Medan (ANTARA News) - Bank Indonesia mengimbau perbankan agar melakukan pengkajian ulang terhadap rancangan bisnisnya untuk membantu pemulihan pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus peningkatan penyaluran kredit yang saat ini mengalami perlambatan. Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah, di Medan, Jumat, mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional hingga triwulan II 2006 hanya sebesar 4,6 persen hingga 5,1 persen dari yang ditargetkan 5,5 persen hingga 6,0 persen. Pertumbuhan yang melambat juga terjadi pada penyaluran kredit perbankan, dimana pada semester I hanya tumbuh 2,4 persen dari target sebesar 18 persen sampai 20 persen. "Perbankan harus melakukan 'review business plan' untuk membantu pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus kinerja perbankan itu sendiri," katanya usai serah terima jabatan Pemimpin BI Medan dari pejabat lama Hadi Hassim kepada Romeo Rissal yang sebelumnya menjabat staf ahli Dewan Gubenur BI. Pertumbuhan ekonomi yang melambat itu merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi di dalam negeri mulai dari penurunan daya beli sebagai dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang diperberat dengan terjadinya bencana alam yang menimpa beberapa daerah secara beruntun. Terjadinya penurunan daya beli juga termasuk penyebab melambatnya penyaluran kredit. Pengusaha tidak berani melakukan investasi baru karena khawatir produksinya tidak laku. Agar tidak terus terpuruk, katanya, perbankan harus proaktif, tidak hanya diam, duduk dan menunggu karena bank bukan Perum Pegadaian yang dicari orang yang terdesak. Perbankan yang tidak proaktif tidak lebih dari rentenir dan pekerjaaan itu tidak pada tempatnya, kata Gubernur BI. (*)

Copyright © ANTARA 2006