Baghdad (ANTARA News) - Sejumlah pria bersenjata menembak mati seorang wanita dan dua putrinya di Irak Sabtu dan sebuah bom pinggir jalan menewaskan seorang pria dan anaknya pada saat 10 orang tewas dalam serangan lainnya, kata para pejabat.

Irak menyaksikan kekerasan yang mematikan sejak tahun 2008, ketika itu muncul dari konflik sektarian berkepanjangan dan berdarah antara Muslim Sunni dan Syiah.

Wanita dan dua anak perempuan dewasanya itu tewas di rumah mereka di dekat Baquba, sebelah utara ibu kota Irak.

Satu Sahwa milisi anti-Al-Qaida mengatakan wanita itu mungkin informan untuk pasukan keamanan.

Sejumlah pria bersenjata juga membunuh dua bersaudara yang adalah mantan anggota Sahwa dan satu lagi seorang dalam dua serangan di dekat Baquba, di mana sebuah bom di kota menewaskan satu orang dan melukai lima lainnya.

Gerilyawan Sunni menganggap milisi Sahwa, yang bergabung dengan Amerika Serikat dari akhir tahun 2006, membantu mengubah gelombang perang, menjadi pengkhianat dan sering menyerang mereka.

Di Tikrit, utara Baghdad juga, sebuah bom pinggir jalan menewaskan seorang pria dan anaknya berumur 11 tahun saat mereka berjalan di pusat kota.

Sejumlah pria bersenjata juga menewaskan dua pengawal seorang hakim di provinsi utara Niniwe, dan gerilyawan menyerang sebuah pos pemeriksaan polisi dengan senjata otomatis, membunuh seorang polisi.

Hakim tersebut tidak dengan para pengawalnya ketika mereka dibunuh.

Sebuah ledakan di dekat pasar di Baghdad dan satu lagi di jalan utama menewaskan tiga orang dan melukai 10 lainnya.

Gerilyawan sering menanam bom di tempat umum dalam upaya untuk menabur ketakutan dan mengurangi kepercayaan pada pemerintah.

Pasukan keamanan juga sering menjadi sasaran.

Kekerasan telah meningkat tajam tahun ini, terutama karena satu operasi keamanan pada 13 April di sebuah lokasi protes Sunni anti-pemerintah Sunni memicu bentrokan di mana puluhan orang meninggal.

Protes yang meletus di wilayah mayoritas-Sunni pada akhir 2012 berlangsung di tengah ketidakpuasan yang meluas di kalangan Sunni yang menuduh pemerintah yang dipimpin Syiah meminggirkan mereka.

Para ahli mengatakan kemarahan Sunni adalah penyebab utama dari meningkatnya kekerasan tahun ini, demikian AFP melaporkan.


(SYS/H-AK/H-AK)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013