Bojonegoro (ANTARA News) - Pemakaman almarhum Ngatijo (54), warga Dusun Plosolanang, Desa Campurejo, Kecamatan Kota/Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Minggu, sempat diwarnai ketegangan dan kekisruhan, setelah amplop santunan dari perusahaan minyak PetroChina yang didesak dibuka di depan masyarakat setempat, hanya berisi uang Rp500 ribu. Spontan masyarakat bersama keluarga korban menuntut PetroChina memberi santunan Rp10 juta. Hal itu mengingat Ngatijo yang rumahnya hanya berjarak sekitar 500 meter dari pengeboran sumur minyak 5 Blok Sukowati, sebelum meninggal dunia Sabtu (29) malam, mengalami gejala sesak napas dan pusing-pusing. Gejala serupa dialami lebih 100 warga yang sempat dilarikan ke rumah sakit dan Puskesmas, ketika terjadi ledakan dan kebakaran besar di sumur minyak yang termasuk Blok Tuban itu, Sabtu (29/7) dini hari. Saat itu lebih 5.000 warga tiga desa sekitar sumur minyak tersebut, yakni Desa Campurejo, Sambiroto dan Ngampel, diungsikan ke lokasi aman dari sebaran gas asam sulfid (H2S). Wartawan ANTARA dari rumah duka melaporkan pihak keluarga korban, di antaranya istrinya, Lastri (50) dan menantunya, Sugianto (26), menyatakan ikhlas dengan kematian almarhum yang sebelumnya memang sakit-sakitan. Karenanya jenazah almarhum tidak perlu diautopsi (pemeriksaan penyebab kematian melalui bedah mayat), walaupun masyarakat mendesaknya untuk autopsi. Pernyataan ikhlas atas kematian almarhum itu disampaikan di depan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, dr Setyo Boedi, bersama tim, Kapolsek Kecamatan Kota Bojonegoro, AKP Dumas Barutu, dr FX Nuradi S dari PetroChina bersama jajarannya dan tokoh masyarakat setempat. Nur Hasyim, Ketua Forum Warga Desa Sambiroto, Ngampel (Kapas) Campurejo (Kota), menyayangkan pihak keluarga almarhum Ngatijo tidak bersedia dilakukan autopsi. Padahal langkah itu akan bisa memastikan penyebab kematian Ngatijo. "Kan sebelum meninggal mengeluh sesak napas dan pusing-pusing, karenanya kami menyayangkan tidak diautopsi," ujarnya. Namun setelah mengetahui amplop uang santunan dari PetroChina hanya Rp500 ribu, ketegangan dan kekisruhanpun merebak. Dari pembicaraan pihak keluarga bersama sejumlah tokoh masyarakat, kemudian meminta PetroChina memberikan santunan Rp10 juta. Namun pihak PetroChina melalui wakil kepala keamanannya, I Gede Suparta, menolak tuntutan santunan Rp10 juta tersebut. "Kalau minta santunan sebesar itu, ya lebih baik diautopsi saja, biar diketahui secara pasti penyebab kematiannya," ucapnya. Jawaban itupun menimbulkan rasa kesal pihak keluarga korban, masyarakat setempat, termasuk sejumlah aparat pemerintah setempat, seperti Camat Bojonegoro Soebadri. Sebab pihak keluarga korban maupun masyarakat setempat, merelakan jenazah almarhum tidak di autopsi, dengan harapan pihak PetroChina juga memiliki perhatian dan rasa pengertian yang tinggi. Setelah terjadi kekisruhan dan serangkaian pembicaraan, pihak PetroChina akhirnya hanya bersedia menambah uang santunan Rp1 juta, sehingga berjumlah Rp1,5 juta. Padahal Bupati Bojonegoro, HM Santoso, saja sudah terlebih dahulu menyerahkan uang santunan Rp1 juta. Guna meredam rasa kesal sejumlah pihak, Camat Bojonegoro Soebadri, akhirnya berinisiatif menghimpun sumbangan dari para pejabat dan pelayat lainnya, termasuk wartawan, hingga terkumpul Rp1 juta. Setelah uang santunan/sumbangan seluruhnya diserahkan ke keluarga korban, sehingga berjumlah Rp3,5 juta, baru jenazah almarhum Ngatijo diberangkatkan ke pemakaman dan dikuburkan dalam suasana haru diwarnai rasa kesal bercampur ketegangan. Bersamaan pemakaman almarhum Ngatijo, dua orang warga setempat, Agung (6) dan Saniah (65), dilarikan ke rumah sakit, setelah mengalami gejala pusing, sesak napas dan mual-mual. Namun belum diperoleh keterangan lebih lanjut kondisi keduanya. Sementara itu, Nur Hasyim, Ketua Forum Warga Desa Sambiroto, Ngampel (Kapas) Campurejo (Kota), menyayangkan pihak keluarga almarhum Ngatijo tidak bersedia dilakukan autopsi. Padahal langkah itu akan bisa memastikan penyebab kematian Ngatijo. "Kan sebelum meninggal mengeluh sesak napas dan pusing-pusing, karenanya kami menyayangkan tidak di autopsi," ujarnya. PetroChina selama ini telah melakukan ekploitasi sumur minyak 1-4 Sukowati, dengan produksi antara 8.000-11.00 barrel per hari. Karena pengeboran sumur minyak 5 mengalami ledakan disertai penyebaran gas H2S, maka rencana pengeboran sumur 6 ditunda. Pengeboran ini dilakukan ke arah utara (Blok Tuban). Sedangkan arah barat termasuk Blok Cepu. Sedangkan pembakaran H2S (asam sulfid) atau Hidrogen Sulfida, yang rencananya dilakukan Minggu pagi, guna mencegah penyebaran gas berbahaya bagi manusia tersebut, terpaksa ditunda, menyusul kematian Ngatijo. "Melihat kondisi di lapangan dan masyarakat sekitar, mungkin ditunda agak siang. Yang jelas tidak akan dilakukan malam hari sesuai permintaan masyarakat sekitar," kata Kepala keamanan PetroChina Sukowati, Joko Agus. Menurut keterangan, terjadinya ledakan gas disertai semburan lumpur di sumur 5, sebagai salah satu pertanda kandungan minyaknya melimpah. (*)

Copyright © ANTARA 2006