Kejadian hari ini tercela dan semua itu bertentangan dengan aspirasi rakyat Mesir bagi perdamaian
Washington (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Rabu (14/8), mencela pertumpahan darah dan kerusuhan paling akhir di Mesir, dan menyebutnya "pukulan serius" terhadap upaya perujukan di negeri itu.

"Itu adalah pukulan serius terhadap perujukan dan harapan rakyat Mesir bagi peralihan ke arah demokrasi dan keterlibatan semua pihak," kata diplomat senior Amerika itu di dalam satu pernyataan yang ia bacakan dalam taklimat harian.

"Kejadian hari ini tercela dan semua itu bertentangan dengan aspirasi rakyat Mesir bagi perdamaian, keterlibatan semua pihak dan demokrasi murni," katanya pada Kamis pagi.

Stasiun TV negara melaporkan kematian sedikitnya 43 polisi dan cederanya 211 personel lagi dalam bentrokan dengan pendukung presiden terguling Mesir Mohamed Moursi, selama operasi polisi untuk membubarkan pemrotes di Ibu Kota Mesir, Kairo.

Pengikut Moursi telah berkemah di dua bundaran di Kairo guna menuntut pemulihan Moursi sebagai Presiden Mesir. Penggulingannya pada 3 Juli oleh militer telah memicu bentrokan mematikan di seluruh negeri itu.

Kementerian Kesehatan Mesir sebelumnya menyatakan tindakan politik tersebut untuk membersihkan kamp pendukung Moursi telah mengakibatkan bentrokan di seluruh Mesir, sehingga menewaskan tak kurang dari 149 orang dan melukai lebih dari 1.400 orang lagi.

"Rakyat Mesir di dalam dan luar pemerintahan perlu melakukan tindakan untuk mundur," kata Kerry. "Mereka perlu meredakan situasi dan menghindari lebih banyak korban jiwa."

Ia juga mengusulkan Mesir kembali ke keadaan darurat.

Berdasarkan percakapan teleponnya dengan menteri luar negeri Mesir dan negara lain pada Rabu, ia mengatakan ia yakin jalan ke arah penyelesaian politik "masih terbuka" dan "mungkin".

Sementara itu Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest sebelumnya mengeluarkan pernyataan yang mencela penindasan kasar terhadap pemrotes dan mendesak semua pihak di Mesir agar menahan diri dari kerusuhan dan menyelesaikan perbedaan pendapat mereka "secara damai".

Beberapa jam setelah serbuan terhadap kamp pendukung Moursi di Kairo, pemerintah sementara Mesir mengumumkan keadaan darurat selama satu bulan di seluruh negeri itu.

Pemerintah sementara memberlakukan larangan orang keluar rumah di Kairo dan 10 provinsi serta mengizinkan pasukan keamanan menangkap serta menahan warga sipil tanpa batas waktu dan tanpa dakwaan.

Washington telah memilih untuk tidak mencap penggulingan Moursi sebagai kudeta, kondisi yang memungkinkannya melanjutkan bantuan tahunan sebesar 1,3 miliar dolar AS buat militer Mesir.

AS telah menghentikan pengiriman empat pesawat tempur F-16 ke Kairo.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013