Batam (ANTARA News) - Ada langit biru di terang cahaya dini hari. Ada ombak. Ada singa dan elang di dua bangunan berpintu terang yang terletak berdampingan, di bidang 100 x 80 cm lukisan kanvas-akrilik "Singelang" karya Abe A. Kohar Ibrahim. "Singapura dan Indonesia saya buat berdampingan tidak berhadap-hadapan. Kedua negeri, di permukaan saja dipisahkan oleh laut, tetapi 'daratan' di kedalaman laut, saling bersambung juga," kata Abe, mengenai "Singelang". Karya itu kontekstual. Terutama, karena sejak 25 Juni 2006, Pemerintah Indonesia dan Singapura bekerjasama mengembangkan perekonomian dalam bingkai Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (KEKI) Batam, Bintan dan Karimun, di Provinsi Kepulauan Riau, wilayah Indonesia yang bertetangga paling dekat dengan Singapura. Lukisannya dibuat beberapa waktu lalu di Brussels, Belgia. Kohar, kelahiran Jakarta 16 Juni 1942, menetap di kota itu sejak 1972. Ia mencapai negeri makmur itu dengan keretaapi Trans-Siberia setelah sejak 27 September 1965 sebagai anggota perutusan Lembaga Sastra Indonesia meninggalkan Indonesia untuk menghadiri perayaan berdirinya Republik Rakyat China, 1 Oktober. Namun, namun situasi politik setelah itu, belum memungkinnya kembali ke Tanah Air dan menetap di Eropa Barat. Kohar membubuhkan nama Abe pada setiap karya lukisnya. Selaku profesional, namanya tercantum dalam Ensiklopedia "Who's who in Europe Art", edisi 1987-1996 Lousanne Swiss; dan "Dictionnaire Biographique Europeen", edisi RH Neirynck, Brigge, 1993-1995. "Singelang" bersama 28 karya Abe ditampilkan dalam pameran tunggal di Novotel, Batam, Minggu-Senin, 30-31 Juli 2006. Karya abstrak dan nonabstrak Abe di Novotel Batam berkisar mata, tubuh manusia, hutan, Matahari, singa, elang, naga dan Cahaya. Di bagian lain, ketika duduk di antara lukisan yang sedang dipamerkan, Minggu (30/7) malam dan harus bersitirahat menjelang bertolak ke Brusel, ia bergumam, "(Saya ini) ibarat setinggi-tingginya terbang bangau, jatuhnya ke pelimbahan juga." Ia menjadi "bangau". Setelah 41 tahun menetap di luar negeri dan berkewarganegaraan Belgia. Ia kini berencana pulang, kembali menetap di Indonesia. Mengenai kotanya di mana, ia belum memutuskan kecuali menyatakan, "Insya Allah di Indonesia." Akan tetapi, di hampir ujung percakapan, ia menyatakan, condong akan di Batam atau Provinsi Kepri. Alasannya? Ia menyambung, "Saya, 10 Juli 2006 di Sumedang, Jawa Barat, menikahi Lisya Anggraini.Lisya, menetap di Batam. Syukurannya tadi juga di Batam," kata sang bangau. Lisya dan Kohar di malam pembukaan pameran tunggal lukisan Abe A Kohar Ibrahim, juga meluncurkan buku kumpulan esai bersama, bertajuk "Kepri Pulau Cinta Kasih", terbitan Yayasan Titik Cahaya Elka. Hanya dua hari pameran itu. Tetapi, bagi Abe bermakna sangat khusus. Lisya, perempuan kelahiran Dumai, Riau, mantan jurnalis dan sekarang tetap menulis esai di samping menjadi Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kepri. Lisya tak sekedar berhasil "memanggilnya" pulang dan mengunjungi Kota Tanjungpinang dan situs peninggalan Raja Ali Haji di Pulau Penyengat di tahun 2005, tetapi kini menjadi istrinya di usia senja. (*)

Copyright © ANTARA 2006