light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik 48 sen menjadi berakhir di 107,33 dolar AS per barel...minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 91 sen menjadi menetap pada 111,11 dolar AS per barel.
New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia melonjak pada Jumat pagi, karena meluasnya kekerasan di Mesir meningkatkan kekhawatiran bahwa pasokan minyak bisa terganggu.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik 48 sen menjadi berakhir di 107,33 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 91 sen menjadi menetap pada 111,11 dolar AS per barel di perdagangan London.

Kenaikan harga minyak pada Kamis terjadi karena eskalasi kekerasan di Mesir secara keseluruhan dikutuk oleh AS dan negara-negara lainnya. Demikian dikutip dari AFP.

Setidaknya 578 orang tewas dalam serangan yang melanda Mesir pada Rabu (14/8), Kementerian Kesehatan mengatakan, termasuk estimasi 43 petugas polisi.

"Perkembangan di Mesir menjadi pusat perhatian lagi dan akan terus memberikan tekanan naik pada harga minyak," kata Sanjeev Gupta di perusahaan konsultan EY.

Konsultan Stephen Schork mencatat bahwa kenaikan harga minyak pada Kamis terjadi sekalipun pasar ekuitas AS mundur secara signifikan. Kedua pasar sering bergerak tandem, katanya, menunjukkan "premi risiko" politik telah masuk kembali ke pasar minyak.

"Ini lebih dari risiko mendapatkan harga mengingat betapa mengerikannya situasi di Mesir sekarang," kata Schork.

Para pedagang khawatir bahwa kerusuhan di Mesir bisa mengganggu pengiriman minyak mentah melalui Terusan Suez dan jaringan saluran pipa minyak Sumed (Pipeline), yang menghubungan Eropa dan produsen minyak di Teluk.

Meskipun Mesir bukan produsen minyak utama, Terusan Suez membawa sekitar 2,5 juta barel per hari, sekitar 2,7 persen dari pasokan minyak global.

"Sekalipun transportasi minyak melalui Terusan Suez dan saluran pipa Sumed diperkirakan tidak akan terhambat, mengingat bahwa ini berada di bawah perlindungan militer, premi risiko tetap cenderung naik menyusul peristiwa kekerasan terbaru," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan kepada klien.

(A026)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013