Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Kota Banda Aceh menilai program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) di daerah itu mampu memberi dampak positif dalam upaya penurunan angka kekerdilan anak atau stunting di wilayah ibukota Provinsi Aceh itu.

Pj Wali Kota Banda Aceh Amiruddin, Selasa, mengatakan dalam program BAAS setiap anak yang terindikasi menderita stunting mendapatkan bantuan asupan gizi dan makanan tambahan serta berbagai upaya pencegahan dari Bapak Asuh.

“Setiap hari untuk anak-anak ini diberikan asupan gizi dan makanan tambahan. Dilakukan timbang badan secara rutin untuk melihat perkembangan, ternyata ada perkembangan pertumbuhan anak,” katanya di Banda Aceh.

Ia mengatakan program BAAS diluncurkan di Banda Aceh pada tahun lalu, bertujuan untuk mengatasi masalah stunting di kalangan anak-anak dengan melibatkan para Bapak Asuh yang merupakan seluruh pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD).

Kata dia, program yang melibatkan partisipasi aktif dari berbagai elemen ini telah menunjukkan dampak positif, terutama dalam hal pemantauan dan pemberian makanan tambahan bagi peningkatan gizi anak.

Menurut dia, sejak program ini diperkenalkan sudah terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam hal pertumbuhan anak-anak yang terdeteksi stunting, salah satunya seperti di Gampong Merduati, Kecamatan Kutaraja, yang rutin memberikan asupan gizi dan makanan tambahan bagi anak.

Baca juga: Menkes soroti penggunaan alat antropometri yang belum maksimal

Baca juga: Rejang Lebong segera gunakan insentif penanganan stunting Rp5,7 miliar

Baca juga: Kemenkes kucurkan Rp59 miliar untuk pencegahan stunting di Kalbar


“Alhamdulillah, seperti di Gampong Merduati ini laporan dari pak keuchik (kepala desa, red) sudah banyak perubahan,” ujarnya.

Pj wali kota memastikan program ini akan terus berlanjut. Pemkot akan selalu melakukan pemantauan serta evaluasi untuk mengetahui apabila terjadi kendala di lapangan, sehingga program tersebut bisa disempurnakan.

Terkait dengan data stunting Banda Aceh 2023, kata Amiruddin, pemkot masih menunggu data resmi dari Kementerian Kesehatan. Kendati demikian, ia yakin program dan intervensi yang telah dilakukan mampu membuat prevalensi stunting Banda Aceh mengalami penurunan.


“Mudah-mudahan dari data yang diberikan nantinya akan ada penurunan, dari tahun 2022 ke 2023. Karena upaya dan tindakan yang kita lakukan terus menerus di setiap gampong. Target kita sesuai dengan arahan pemerintah pusat turun ke belasan persen,” ujarnya.

Ia berpesan agar anak-anak yang terindikasi stunting di Banda Aceh terus dijaga pertumbuhan dengan memberikan makanan yang bergizi, terutama ikan dan telur, karena mereka membutuhkan protein agar terhindar dari stunting.

Sebelumnya tercatat berdasarkan laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, prevalensi stunting di Aceh sebesar 31,2 persen, sementara angka stunting di Banda Aceh pada 2022 sebesar 25,1 persen.

Baca juga: Pemerintah percepat penyediaan air bersih untuk atasi stunting

Baca juga: Jaksel targetkan 615 anak stunting punya orang tua asuh pada 2024

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024