Indonesia merupakan pelopor di ASEAN dalam penerapan regulasi CCS dan berperingkat pertama di Asia....
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) menjajaki kerja sama pengembangan Rig-to-CCS dengan Korea National Oil Corporation (KNOC) untuk mengurangi emisi dan mendukung target Pemerintah Indonesia mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

Rig-to-CCS merupakan inisiatif pengembangan teknologi untuk memanfaatkan anjungan lepas pantai (offshore platform) migas yang sudah tidak dimanfaatkan lagi menjadi fasilitas carbon capture storage (CCS).

Kerja sama pengembangan Rig-to-CCS dilakukan melalui penandatanganan joint study agreement oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President & CEO KNOC Dong Sub Kim, di Seoul, Korea Selatan, Rabu.

"Saya sangat mengapresiasi kerja sama ini. Selain untuk memperkaya kajian CCS, kerja sama ini juga membantu menyelesaikan masalah Indonesia pada Abandonment and Site Restoration (ASR) anjungan lepas pantai," kata Nicke dalam keterangan yang diterima, di Jakarta, Rabu.

Menurut Nicke, ASR menjadi tantangan tersendiri dengan banyaknya jumlah anjungan migas lepas pantai yang kini tidak lagi digunakan setelah produksi migas berakhir setelah puluhan tahun digunakan.

"Biaya ASR atau decommissioning secara konvensional sangat mahal, sehingga dibutuhkan solusi alternatif ASR terutama pemanfaatan ulang agar pelaksanaan ASR anjungan lepas pantai tersebut dapat dilaksanakan secara bertahap dan efisien," ujar Nicke.

Senior Vice President Research and Technology Innovation Pertamina Oki Muraza mengatakan selain Rig-to-CCS, kerja sama dengan KNOC dapat juga berkembang kepada pengembangan teknologi di bisnis rendah karbon (low carbon business) lainnya.

"Kerja sama bisa diperluas untuk pengembangan Rig-to-Wind Farm, Rig-to-Fish-Farm (budi daya perikanan lepas pantai), dan juga Rig-to-LNG-Terminal untuk membawa gas bumi ke lokasi yang belum terjangkau fasilitas energi," kata Oki.

Sedangkan, Vice President Corporate Communication Fadjar Djoko Santoso mengatakan Indonesia memiliki potensi kapasitas penyimpanan CO2 cukup besar, sehingga bisa menempatkan Indonesia berdiri di garis depan era industri hijau.

"Indonesia merupakan pelopor di ASEAN dalam penerapan regulasi CCS dan berperingkat pertama di Asia menurut Global CCS Institute. Pengembangan CCS memerlukan investasi besar, sehingga diperlukan kerja sama global,” ujar Fadjar pula.
Baca juga: Pertamina sebut libur natal-tahun baru penyaluran BBM di Papua aman
Baca juga: Pertamina Patra Niaga operasikan stasiun penukaran baterai untuk umum

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024