Washington (ANTARA) - Gedung Putih, kantor presiden Amerika Serikat, pada Kamis (11/1) mengakui keparahan tingkat kerawanan pangan di wilayah terkepung Jalur Gaza di tengah blokade Israel.

Gedung Putih menyatakan wilayah di kantung pesisir itu membutuhkan banyak bantuan.

“Kami menyadari bahwa ada masalah ketahanan pangan yang nyata di Gaza, 100 persen," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.

"Sebab itulah mengapa makanan benar-benar menjadi salah satu bahan pokok bantuan kemanusiaan yang kami coba berikan –-makanan, obat-obatan air-– tetapi makanan tentu saja berada di urutan teratas dalam daftar itu," ujarnya.

"Kami memahami bahwa banyak orang lapar dan kelaparan di Gaza," kata Kirby, menambahkan.

Sebanyak 200 truk telah masuk ke Gaza setiap hari, menurut Gedung Putih. Jumlah itu merupakan sebagian kecil dari sekitar 500 pengiriman yang masuk setiap hari sebelum perang muncul --ketika kebutuhan tidak terlalu mendesak.

Kirby membenarkan bahwa jumlah truk yang memasuki Gaza sangat jauh lebih sedikit.

Ia menyatakan perlu lebih banyak upaya harus dilakukan, "Dan saya pastikan bahwa kami tidak akan mengalihkan perhatian dari masalah itu.”

"Kami tahu banyak warga Gaza yang menderita, tidak hanya akibat kelaparan, tetapi karena lainnya, dan kami akan melakukan segalanya untuk mengurangi penderitaan mereka," ujar Kirby.

Kerawanan pangan yang merajalela dan sejalan dengan gempuran Israel yang sedang berlangsung di Gaza adalah bagian dari kasus genosida di Mahkamah Internasional yang diajukan oleh Afrika Selatan. 

Kasus itu mulai disidangkan pada Kamis pagi.

Selama sesi pembukaan, para pengacara yang mewakili Afrika Selatan menuduh Israel melakukan tindakan genosida, termasuk pembunuhan terhadap warga Palestina, menyebabkan penderitaan fisik dan mental yang serius, pengusiran massal dari rumah-rumah dan pengungsian.

Serta menerapkan tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran warga Palestina dan perampasan akses terhadap makanan yang cukup, air, tempat tinggal, sanitasi, dan bantuan medis.

Israel membantah tuduhan tersebut dan akan menyampaikan bantahan di Den Haag, Belanda.

Gedung Putih juga menentang tuduhan tersebut dengan menganggapnya tidak berdasar. Posisi AS itu ditegaskan kembali oleh Kirby.

"Kami berulang kali mengatakan bahwa kami yakin tuduhan ini, kasus ini tidak berdasar, dan tidak ada dasar tuduhan genosida oleh Israel," ujarnya.

"Itu bukan sebuah kata yang dapat dilontarkan dengan enteng," kata Kirby, "Menurut kami, itu tidak bisa digunakan dalam hal ini."

Sedikitnya 23.357 warga Palestina terbunuh sejak Oktober, dan sekitar dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak, sementara 59.410 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina. 

Ribuan orang yang hilang diyakini tewas di bawah reruntuhan bangunan yang dibom Israel.

Sekitar 85 persen penduduk Gaza telah mengungsi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kelaparan kemungkinan besar akan terjadi tanpa perubahan besar terhadap status quo. Ratusan ribu orang hidup tanpa tempat berlindung atau berada di kamp-kamp darurat.

Israel memulai perang di Gaza sebagai pembalasan atas serangan lintas batas oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, dan lebih dari 200 orang disandera ke Gaza.

Sekitar setengah dari sandera-sandera itu masih ditahan.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Afrika Selatan: Genosida tidak bisa dibenarkan dalam keadaan apa pun

Baca juga: Sekjen PBB ikuti kasus ICJ melawan Israel


 

Rumah Sakit Indonesia di Gaza tutup saat pasien butuh pertolongan

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024