Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar (kurs) rupiah di akhir perdagangan Jumat ditutup turun tipis 0,01 persen menjadi Rp15.550 per dolar AS di tengah data inflasi konsumen China yang membaik.
 
Data inflasi konsumen China pada Desember 2023 menunjukkan sedikit perbaikan, di mana secara bulanan terjadi kenaikan 0,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya -0,5 persen.
 
"Ini bisa diartikan konsumsi mulai membaik dan menjadi kabar positif untuk rupiah di mana China sebagai partner dagang besar untuk Indonesia," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.

Pada penutupan perdagangan akhir pekan, rupiah melemah tipis sebesar satu poin atau 0,01 persen menjadi Rp15.550 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.549 per dolar AS.
 
China masih menjadi negara mitra dagang utama Indonesia dengan menyumbang hampir seperempat dari total ekspor Indonesia.
 
Nilai ekspor ke China sepanjang Januari hingga November 2023 mencapai 56,57 miliar dolar AS, turun sekitar 2 persen dari tahun sebelumnya.
 
Selain itu, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen pelaku pasar terhadap data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS).
 
Data inflasi konsumen AS pada Desember 2023 menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi dari sebelumnya, menjadi 3,4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
 
"Tapi hasil ini kelihatannya tidak menurunkan ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya per Maret ini," ujarnya.
 
Tingkat imbal hasil obligasi AS terutama tenor 10 tahun pun bergerak turun dari 4,0 persen ke 3,98 persen.
 
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat menurun terbatas ke posisi Rp15.559 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.558 per dolar AS.

Baca juga: Ekonom: Kenaikan cadangan devisa dukung ketahanan eksternal rupiah
Baca juga: Ekonom: Rupiah terapresiasi 1,11 persen pada 2023
Baca juga: Profesor ITS paparkan inovasi hilirisasi batu bara atasi krisis minyak

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024