Kecuali ada peringatan gelombang tinggi, itu benar-benar dihentikan operasinya.
Ambon (ANTARA) - Pengawas Satuan Pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Galala Ambon Andreas Widyakusuma menyatakan pelayaran antar-Pulau Ambon-Namlea, Pulau Buru tetap beroperasi saat gelombang sedang.

“Kalau gelombangnya dalam kondisi sedang, pelayarannya tetap berjalan karena masih dikatakan aman. Kecuali ada peringatan gelombang tinggi, itu benar-benar dihentikan operasinya,” kata Andreas, di Ambon, Selasa.

Ia mengatakan, pihaknya akan terus menunggu informasi terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maluku pada pukul 09.00 WIT.

“Biasanya yang menjadi acuan di sini untuk kita bisa memberangkatkan kapal atau menunda keberangkatan adalah informasi dari BMKG. Kalau prakiraan cuacanya gelombang tinggi, tentu kami tidak melakukan pelayaran,” ujarnya lagi.

Dia menyebutkan, sementara BMKG mengeluarkan prakiraan gelombang sedang pada perairan Buru dimulai pada 16 sampai dengan 19 Januari 2024.

“Ini prakiraan pada 16 Januari. Tapi kita selalu ikuti BMKG. Bisa saja besok pagi kondisi ini berubah juga. Itu yang selalu jadi perhatian kita,” katanya.

Dia menambahkan, meskipun prakiraan gelombang sedang, tetapi pihaknya tetap melakukan antisipasi dengan mengecek kelayakan kapal.

“Kami tetap mengecek kelayakan kapal, setelah itu kelengkapan surat-surat, kemudian muatan-muatan tetap disesuaikan dengan kapasitas dengan alat keselamatan yang ada,” ujar Andreas.

Saat ini kapal yang melayani pelayaran antarpulau Ambon dan Pulau Buru ada dua, yakni KMP Temu dan KMP Tatihu.

Sebelumnya, BMKG Maluku sendiri telah mengeluarkan peringatan gelombang tinggi yang berpotensi terjadi pada 16 titik perairan di wilayah Maluku.

Sebanyak 16 titik perairan itu, yakni perairan Seram Barat, Seram Timur, Laut Ambon, perairan Buru, laut selatan Pulau Seram, Laut Banda Utara bagian barat, Laut Banda Utara timur, Banda selatan barat, Banda selatan timur.

Kemudian Kepulauan Sermata-Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Laut Arafuru Bagian Barat, Laut Arafuru bagian tengah, Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru.

Menurut BMKG gelombang yang terjadi berisiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran mulai dari perahu nelayan dan kapal tongkang yang berisiko jika kecepatan angin lebih dari 15 knot dengan gelombang lebih dari 1,25 meter.

Selanjutnya kapal feri yang berisiko jika kecepatan angin lebih dari 21 knot dengan gelombang lebih dari 2,5 meter dan kapal kargo atau pesiar jika kecepatan angin lebih dari 27 knot dengan gelombang lebih dari empat meter.

Diprediksi, kondisi cuaca buruk disertai gelombang tinggi tersebut akan berlangsung hingga 17 Januari 2024.
Baca juga: Kapal penyeberangan di Maluku sudah mulai kembali beroperasi
Baca juga: Tiga pelayaran antarpulau di Maluku kembali beroperasi


Pewarta: Winda Herman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024