Aden (ANTARA News) - Pasukan Yaman hari Jumat menangkap dua anggota Al Qaida di provinsi wilayah tengah, Taiz, kata Kantor Berita Saba mengutip seorang pejabat keamanan.

Kedua orang yang ditangkap di daerah Ossayfira itu merencanakan "aksi teror" di provinsi tersebut, kata pejabat itu, lapor AFP.

Sementara itu, serangan bom bunuh diri menewaskan dua prajurit dan melukai enam orang di Yaman timur, Jumat, kata seorang pejabat militer, yang menuduh Al Qaida sebagai pelakunya.

Mobil berisi bom "yang dikemudikan penyerang bunuh diri Al Qaida" meledak di sebuah pos pemeriksaan di pintu gerbang kota Shibam di provinsi Hadramawt, kata pejabat itu kepada AFP.

Militan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) tetap aktif di wilayah selatan dan timur Yaman meski operasi terus-menerus dilakukan oleh pasukan pemerintah yang dibantu dengan serangan pesawat tak berawak AS.

Kamis, Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi menyatakan, ia telah meminta AS menyediakan pesawat tak berawak kepada Sanaa.

Menurut Hadi, serangan-serangan yang dilakukan oleh pesawat tak berawak AS merupakan bagian dari kerja sama antara kedua negara itu dalam memerangi Al Qaida.

Serangan-serangan pesawat tak berawak menewaskan puluhan anggota AQAP dan hanya AS yang memiliki pesawat semacam itu di kawasan tersebut.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di kawasan tersebut, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2011 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida. 


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013