Havana (ANTARA News) - Kelompok pemberontak FARC memulai lagi perundingan perdamaian dengan pemerintah Kolombia di Havana, Senin, setelah penghentian singkat sebagai reaksi atas usulan bahwa setiap kesepakatan harus memperoleh dukungan rakyat melalui referendum nasional.

Kelompok gerilya terbesar Kolombia itu mengecam usulan referendum yang diajukan Presiden Juan Manuel Santos namun memutuskan memulai lagi pembicaraan, lapor AFP.

"Sebuah perjanjian perdamaian bukan sesuatu yang bisa ditetapkan secara sepihak, demikian juga mekanisme sebuah referendum," kata ketua perunding FARC Ivan Marquez.

Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) mengumumkan, Jumat, mereka menghentikan pembicaraan agar bisa menganalisa maksud dari referendum itu.

Santos mengejutkan kelompok itu sehari sebelumnya dengan mengajukan RUU referendum ke Kongres yang menetapkan bahwa setiap perjanjian perdamaian harus disetujui dengan suara nasional, baik melalui pemilihan umum legislatif maupun pemilihan presiden tahun depan, yang akan berlangsung masing-masing pada Maret dan Mei tahun depan.

FARC telah meminta pembentukan sebuah majelis konstituante sebagai bagian dari forum yang akan mensahkan sebuah perjanjian perdamaian.

Kedua pihak telah mencapai sebagian kesepakatan mengenai reformasi tanah dan saat ini merancang cara-cara bagi anggota FARC untuk memasuki sistem politik. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.

FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013