Jakarta, 27/8 (ANTARA) - Data Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat pertumbuhan ekonomi sektor Kelautan dan Perikanan pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 7%. Data BPS ini menunjukkan ekonomi sektor Kelautan dan Perikanan berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,81%. Signal positif ini, mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertekad akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi sektor perikanan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, pada pembukaan Festival Sungai Serayu 2013, di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (27/08).

     Sharif menjelaskan pertumbuhan ekonomi KP tidak terlepas dari produksi perikanan budidaya yang terus mengalami peningkatan sangat signifikan. Bahkan data Organisasi Dunia FAO, melansir sejak tahun 2011 untuk pertama kalinya produksi perikanan budidaya dunia, telah  melampaui produksi daging sapi. Tahun 2012, produksi perikanan budidaya dunia telah mencapai 66 juta ton, melebihi produksi daging sapi yang hanya 63 juta ton. Hal ini membuktikan bahwa perikanan budidaya semakin dapat diandalkan untuk mendukung ketahanan pangan. “Sebagaimana kita maklumi bahwa perikanan budidaya akan semakin diandalkan dalam pemenuhan kebutuhan ikan, baik di dalam negeri maupun kebutuhan dunia. Sekalipun menghadapi anomali iklim atau cuaca, kegiatan usaha budidaya masih dapat dikembangkan melalui berbagai penerapan inovasi teknologi budidaya,” katanya.

     Untuk mendukung peningkatan produksi, KKP juga telah menggulirkan program industrialisasi perikanan budidaya. Program ini dilandasi semangat blue economy, yang diarahkan dalam rangka meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya dengan menghasilkan ragam produk dari pemanfaatan limbah sebagai hasil samping, sehingga tanpa lagi meninggalkan limbah (zero waste). Konsep ini juga dimaksudkan meninggalkan praktik ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek semata. Sebaliknya menekankan keberlanjutan, sehingga mampu mengatasi ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem. “Lebih dari itu, konsep ini akan mengatasi dampak negatif akibat aktivitas ekonomi termasuk perubahan iklim dan pemanasan global,” jelasnya.

     Sharif menegaskan, industrialisasi perikanan budidaya berbasis blue economy dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing. Sekaligus membangun sistem produksi yang modern dan terintegrasi dari hulu sampai ke hilir secara berkelanjutan. Pengembangan blue economy diharapkan dapat menciptakan daya saing yang lebih tinggi melalui inovasi dan efisiensi yang berkelanjutan. Serta melakukan pembangunan tanpa merusak lingkungan, menciptakan berbagai industri baru di bidang kelautan dan perikanan, serta menciptakan lapangan kerja.  “Dengan demikian, industrialisasi perikanan budidaya diharapkan mampu mengokohkan struktur usaha perikanan nasional, yang membawa multiplier effect sebagai prime mover perekonomian nasional,” ungkapnya.

     Pesta Parak Iwak

     Menurut Sharif, kegiatan perikanan di perairan umum seperti danau, waduk maupun sungai mempunyai kontribusi yang sangat signifikan terhadap kegiatan usaha perikanan. Pemanfaatan optimal dan berkelanjutan, baik melalui usaha perikanan budidaya maupun perikanan tangkap selain dapat mendukung penyediaan ikan untuk ketahanan pangan juga dapat diandalkan sebagai mata pencaharian. Seperti yang dilakukan warga Banjarnegara pada acara Pesta Parak Iwak di sungai Serayu dapat mendorong berbagai pihak untuk meningkatkan kepedulian dalam menjaga dan memelihara kelestarian. Selain menangkap ikannya, masyarakat juga mau menebar ikan dan menjaga untuk dapat berkembang biak. “Saya memberi apresiasi dan penghargaan tinggi terhadap kebijakan lingkungan perairan umum, seperti yang saat ini dilakukan oleh sedulur-sedulurku kabeh, warga Banjarnegara pada acara Pesta Parak Iwak di sungai Serayu. Kegiatan yang bernuansa kearifan budaya lokal ini, akan lebih efektif dalam mengajak partisipasi seluruh masyarakat untuk mencapai sasaran dan tujuan bersama,” katanya.

     Semangat kebersamaan seperti Pesta Parak Iwak ini perlu terus ditumbuhkan ditengah berbagai kepentingan yang kurang bertanggungjawab dan seringkali mengancam kelestarian lingkungan.  Apalagi, saat ini di berbagai daerah, perairan umum semakin mengalami tekanan yang tinggi dari berbagai pencemaran yang dapat mengancam keberlangsungan sumberdaya ikan, di antaranya tekanan limbah industri dan rumah tangga, sedimentasi akibat penggundulan hutan, konversi lahan pertanian dan perkebunan menjadi pemukiman, penangkapan ikan secara berlebihan. “Selain itu, pengendalian kualitas air di perairan umum perlu dijaga bersama agar benih ikan yang ditebar dapat tumbuh dan berkembangbiak, sehingga pada waktunya dapat ditangkap sebagai sumber protein dalam mendukung ketahanan pangan,” ujarnya.

     Paradigma pembangunan modern, tambah Sharif, hendaknya harus dilengkapi dengan paradigma yang bersifat holistic yang dikembangkan nenek moyang sejak ratusan, bahkan ribuan tahun lalu. Intinya adalah kehidupan tidak sepenuhnya bertumpu pada supremasi manusia atas lingkungan, akan tetapi berupaya untuk bertumpu pada kekuatan harmonis makhluk semesta di bawah perlindungan Allah SWT, Tuhan semesta alam. Bila berlaku ramah kepada alam, maka alam pun akan berlaku ramah pada kehidupan. Dengan demikian dapat optimis menikmati sungai Serayu sebagai anugerah yang dapat memberi banyak manfaat pada semua hewan dan tumbuhan dan juga manusia secara berkesinambungan sampai generasi anak cucu. “Saya berharap festival sungai Serayu di kabupaten Banjarnegara ini dapat terus dilaksanakan pada tahun-tahun selanjutnya dan dapat menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk semakin peduli terhadap pelestarian lingkungan sumberdaya alam,” tutupnya.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013